CIKALONGWETAN- (NEWSROOM) Salah satu upaya Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang dilakukan di SMPN 4 Cikalongwetan adalah pelaksanaan kegiatan sholat dhuha, pembiasaan membaca, dan Sholat Dzuhur berjamaah. Kegiatan sholat dhuha, dan pembiasaan membaca dilakukan setiap hari mulai pukul 07.00 s.d. 07.30 diikuti oleh seluruh siswa, guru, dan staf tata usaha, sedangkan sholat dzuhur dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran berakhir.
“Kegiatan PPK yang sedang gencar digalakan oleh pemerintah tentunya tidak terlepas dari dukungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Ketiga komponen tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan saling menguatkan”, demikian ungkap Kepala SMPN 4 Cikalongwetan, Asep Gunawan, sesaat setelah kegiatan salat Dhuha (Senin, 15/10).
Tujuan kegiatan PPK ini adalah terbentuknya karakter religius pada anak anak, dan juga mewujudkan visi dan misi sekolah SMPN 4 Cikalongwetan, yakni sekolah Cahaya (Cerdas, Agamis, Hebat Aktif dan Yakin) yang salah satunya dengan cara melaksanakan sholat dhuha dan dhuhur besama di sekolah.
Salah satu kendala dalam penyediaan kegiatan sholat dhuha adalah ketersediaan air bersih. Ketika sarana air bersih dipenuhi dengan menggunakan jet pam, sekolah cukup kewalahan membayar tagihan listriknya yang bisa mencapai Rp 900.000,- perbulannya. Pendanaan listrik ini sangat menyedot anggaran sekolah. Salah satu jalan keluarnya adalah dengan melakukan penghematan penggunan listrik hingga akhirnya anggaran bisa ditekan di angka Rp.700.000- Rp.800.000 per bulan. Anggaran listrik yang membengkak, tentu saja memberatkan sekolah. Namun demikian, selalu diupayakan untuk tetap melaksanakan kegiatan Sholat Dhuha. Tentunya dengan berusaha mencari solusi terbaik, bermusyawarah dengan komite sekolah selaku wakil masyarakat di lingkungan sekolah. Peran serta masyarakat sungguh diperlukan sehingga pembentukan karakter terus berlanjut dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan siswa.
Sementara, Asep Burhanudin selaku Wakasek bidang kesiswaan menjelaskan bahwa ada hal yang membuat warga sekolah sedih, yakni ketika jet pam di sekolah rusak sehingga tidak bisa digunakan lagi, hampir 2 minggu di sekolah tidak ada air, otomatis kegiatan sholat dhuha dan dzuhur yang biasa dilaksanakan terhenti sama sekali, anak anak dan guru mengatakan sangat merindukan kembali kegiatan sholat dhuha dan dzuhur berjamaah
Berpikir keras mencari solusi bagaimana caranya bisa mendatangkan air, akhirnya Allah SWT memberikan jalan terbaik. Melalui bantuan komite sekolah yang diketuai oleh Ahmad Sunaya, pihak sekolah melakukan musyawarah di awal semester tahun ajaran 2018/2019 dengan masyarakat sekitar untuk pengadaan air di sekolah. Pengadaan air bersih ini membutuhkan biaya yang besar, sebab jarak sekolah ke sumber mata air sampai 1 kilo meter lebih hingga menghabiskan paralon 300 lente. Belum lagi harus membuat bak penampungan air yang lumayan besar. Bisa dibayangkan berapa biaya yang dikeluarkan dalam menyediakan keperluan air, sedangkan kalau mengandalkan dana BOS tentunya belumlah mencukupi. Selain kerjasama dengan masyarakat pihak sekolah juga menjalin kerjasama dengan dunia industri dan hasilnya dapat terlihat, sekarang air mengalir dengan derasnya ke sekolah, dan sholat dhuha dan dhuhur bisa dilaksanakan setiap hari.
“Kerjasama dengan pihak luar untuk kemajuan sekolah sangatlah penting dilakukan. Alhamdulillah dengan menggandeng berbagai perusahaan swasta dan juga masyarakat program-program, sekolah kami bisa terlaksana dengan baik. Ini bisa tercipta kalau kita menunjukan bukti nyata dan keseriusan untuk memajukan lembaga” pungkas Asep ***Min.
Kenapa sholat dhuhur dan sholat Dhuha harus terhenti ketika air tidak ada?
Dibolehkan tayamum ketika air tidak ada, ini tentu jadi pelajaran yg harus diimplementasikan dalam keseharian.
bagus…lanjutkan PPk ny,