CERPEN: KAYLA ZALFA ZAHIRA
(SMPN 3 Ngamprah)
Pasanggiri tari jaipong. Kata itu sudah tidak asing lagi bagi diriku. Aku sering mengikuti pasanggiri sejak kecil hingga sekarang. Banyak sekali rintangan dan pengalaman yang aku dapat, baik buruk maupun senang.
Pada dua tahun yang lalu aku mengikuti pasanggiri lagi, namun pasanggiri kali ini berbeda. Pasanggiri ini khusus untuk pemilihan putri tari jaipong. Aku sangat bersemangat untuk mengikuti pasanggiri tersebut. Awalnya aku mendapat brosur dari group chat sanggar. Setelah dilihat dan dibaca aku sangat tertarik untuk mengikutinya.
***
Pasanggiri tersebut diadakan pada Januari 2020 di Alam Wisata Cimahi. Aku berbicara kepada mamaku untuk meminta izin mengikuti pasanggiri itu.
“Mah…, ini aku tadi dapet brosur pasanggiri pemilihan putri tari. Nah aku mau minta izin buat ikutan, boleh?” ucapku kepada Mamaku.
“Boleh, mamah mah ngizinin aja, tapi kamu jangan terlalu sibuk sama kegiatan tari, takutnya sekolah kamu ga bener,” jawab Mamahku.
“Iya mahhh, diusahain bakal ga sibuk banget.”
Setelah mendapat izin aku langsung memberitahu pelatihku bahwa aku ingin mengikuti pasanggiri itu. Dengan bersemangat aku mulai latihan untuk memperbaiki gerakan tariku dan tentunya dibantu oleh pelatih tariku. Aku berlatih selama 5 jam perhari dan dilakukan secara rutin selama 2 bulan berturut-turut. Memperbaiki gerakan tari bukan suatu hal yang mudah, prosesnya membuat diriku lelah tapi aku mengingat kata-kata, “Proses tidak akan menghianati hasil”.
***
Karena terlalu sering berlatih, saat dua hari menjelang lomba kakiku terkilir dan mengalami cidera. Saat Mamahku tau bahwa kakiku cidera, Mamahku langsung menyaranku untuk tidak melanjutkan proses berlatih mengikuti pasanggiri. Aku tidak mau mengikuti saran mamaku, karna aku merasa aku sudah terlanjur berproses selama 2 bulan ini untuk pasanggiri tersebut. Aku terus membujuk mamahku agar aku di izinkan kembali berproses. Setelah dibujuk akhirnya beliau mengizinkanku untuk berproses kembali.
Kukira hanya itu rintangan yang harus kuhadapi. Ternyata tidak, ada satu rintangan lagi yang membuatku putus asa. Malam sebelum pasanggiri dengan tiba-tiba aku mendapatkan kabar bahwa kakekku masuk rumah sakit. Aku terkejut bukan main, kakekku adalah sosok orang yang selalu mendukung dan menyemangatiku. Beliau memang mempunyai riwayat penyakit jantung dan pada malam itu penyakitnya kambuh.
Aku gundah, aku ingin pergi untuk pasanggiri namun sosok penyemangatku sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Saat aku sedang menemani kakekku di rumah sakit, ia berkata kepadaku.
“Kay, sok pergi aja ikut lomba kakek gapapa disini, tapi kakek minta nanti kalo kamu pulang harus jadi kebanggaan keluarga,” ucapnya dengan lemah.
Akhirnya aku memutuskan untuk tetap mengikuti pasanggiri dengan harapan bisa membanggakan keluarga dan mencoba mengabulkan keinginan kekekku. Keesokannya aku berangkat pagi hari untuk mengikuti pasanggiri itu, ternyata benar proses tidak akan menghianati hasil.
***
Aku mendapat juara putri tari jaipong. Aku pulang dengan senang untuk bertemu keluarga besarku. Saat pulang aku disambut dengan ucapan selamat dan rasa bangga. Keluargaku menangis terharu tidak menyangka bahwa aku akan mendapat juara putri tari jaipong. Aku sangat bersyukur bisa membanggakan keluarga dan pelatihku. Semoga kedepannya aku dapat lebih membanggakan lagi bagi mereka. **
Profil Penulis: Seorang siswi dari SMPN 3 Ngamprah yang menduduki bangku kelas 3 SMP, lahir pada 28 November 2007 di Bandung. Memilki jabatan sebagai ketua ekskul seni tari dan berada di kelas IX I.
Pewarta: Adhyatnika Geusan Ulun