Dadang A. Sapardan
(Kabid Kurikulum & Bahasa, Disdik Kab. Bandung Barat)
Hari ini umat muslim Indonesia dan dunia dikejutkan dengan meninggalnya kiai kharismatik asal Banten, K.H. Abuya Uci Turtusi. Berbagai sesi ceramah yang disampaikan di depan jamaahnya sangat bergizi dengan basis keilmuan yang kuat, sehingga memberi pencerahan kepada setiap jamaah. Apalagi materi yang disampaikan pada umumnya menggunakan bahasa Sunda dialek Banten yang mudah dipahami setiap kalangan, termasuk kalangan masyarakat bawah. Namun, yang paling menarik adalah pilihannya untuk tidak berada pada bayang-bayang pemerintah—lebih berpihak pada masyarakat. Sekalipun demikian, adabnya tetap diperlihatkan dengan penghormatan yang tinggi terhadap Gus Dur dan Habib Lutfi. Semoga Almarhum ditempatkan di sisi Allah SWT. Aamiin….
Sesuai dengan fitrahnya, setiap manusia diberi banyak pilihan untuk dapat menghadapi dan mengarungi kehidupan di dunia ini. Pilihan hidup yang diambil oleh seseorang bisa menjadi branding yang dilekatkan oleh orang banyak, ketika pilihan itu diimplementasikan secara konsisten dalam rentang waktu yang sangat lama. Konsistensi dengan pilihan hidup, apalagi pilihan untuk bersebrangan dengan pemerintahan merupakan sebuah keberanian yang harus didasari dengan alasan yang kuat dan basis keilmuan yang mumpuni.
Pilihan yang ditetapkan oleh kiai kharismatik ini termasuk ketetapan yang sangat berani, di tengah banyaknya kiai yang memiliki keberpihakan pada pemerintah dengan beragam motif. Pilihan yang ditetapkannya tentu melahirkan berbagai resiko penyerta. Namun, keberaniannya tersebut bukannya mendapat nyinyiran dari banyak orang, malah melahirkan banyak kekaguman dan simpati karena keberpihakannya benar-benar konsisten pada masyarakat, terutama masyarakat kecil. Barangkali inilah yang menjadi alasan sehingga pemerintah pun sangat menghormatinya—sekalipun dalam ceramahnya tidak jarang menyentil kebijakan yang diambil oleh pemerintah.
Pilihan-pilihan dalam hidup merupakan faktor yang akan membentuk perjalanan dinamika kehidupan. Bahkan, kualitas kehidupan yang dialami seseorang, akan dibentuk dan diwarnai oleh kualitas pilihan yang ditetapkan. Karena itu, dalam menetapkan pilihan pada segmen kehidupan apapun, yang dibutuhkan adalah kecermatan guna menimbang baik-buruknya sehingga bisa diprediksi akibat yang akan ditimbulkan dari pilihan tersebut.
Akan halnya pilihan yang diambil oleh KH Abuya Uci Turtusi untuk tidak berada di balik bayang-banyang pemerintah—mengekor terhadap kebijakan yang diambil pemerintah—ternyata tidak serta-merta menurunkan pamornya sebagai ulama. Di antaranya melalui kuatnya keberpihakan kepada masyarakat kecil-lah yang membuat pamornya semakin naik dan semakin banyak jamaah yang mengikuti pengajian yang diselenggarakannya. Jemaah yang menjadi pengikut kiai kharismatik ini bukan saja jamaah luring, tetapi juga jamaah daring—jamaah yang dengan setia mengikuti berbagai ceramahnya pada kanal media sosial, WhatsApp, You Tube, Facebook, atau media daring lainnya.
Kekharismatikan KH Abuya Uci Turtusi memang tidak semata ditopang oleh bertebarannya ceramah pada berbagai kanal media sosial, tetapi didukung oleh keluasan dan kedalaman ilmu yang dilatarbelakangi dengan referensi kitab yang dipahaminya. Selain itu, tentunya banyaknya masyarakat yang mengagumi dan menempatkan sebagai kiai kharismatik karena keberanian dalam pilihan untuk berpihak pada masyarakat kecil, sehingga tidak berada di balik bayang-bayang pemerintah.
Karena itu, keberanian untuk menetapkan pilihan dalam kehidupan—meneladani pilihan yang diambil kiai kharismatik ini—merupakan langkah yang harus dilakukan dengan didasari alasan kuat, keluasan ilmu, serta konsistensi dalam menjalaninya. ****Disdikkbb-DasARSS.