Tika Nira Darkony, S.Pd
(SMPN 3 Lembang)
Pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia sejak Maret 2020 berdampak terhadap berbagai bidang kehidupan, diantaranya pada bidang pendidikan. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) baik secara daring (dalam jaringan/ online), luring (luar jaringan/offline), dan paduan daring-luring menjadi andalan bagi pemerintah untuk tetap memberikan layanan pendidikan sampai dengan akhir tahun pelajaran 2019-2020.
Semua itu diputuskan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud) RI dalam upaya untuk merespon pandemi Covid-19. Adapun tujuan utama dari kebijakan PJJ ini, setidaknya dalam rangka untuk mencegah lembaga pendidikan menjadi klaster penyebaran Covid-19. Menyikapi hal tersebut, pemerintah mengeluarkan surat edaran terkait dengan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh.
Tepatnya, melalui surat edaran Menteri Pendidikan Nasional Nomor 4 Tahun 2020 tentang Kebijakan Pendidikan dalam masa darurat Covid-19 pelaksanaan pembelajaran menyesuaikan dengan kebijakan ini yang berisi 4 hal yakni (1) pembelajaran mandiri ditujukan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna tanpa dibebani untuk menuntaskan capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan; (2) para pelajar mesti dibekali dengan kecakapan hidup tentang pandemi Covid-19; (3) guru memberikan tugas secara bervariasi dengan mempertimbangkan perbedaan kemampuan setiap individu, dan fasilitas belajar; dan (4) pemberian umpan balik (feedback) terhadap kinerja siswa mesti secara kualitatif.
Penyebaran virus Covid 19 sangatlah cepat,melalui tetesan atau droplet ketika orang yang terinfeksi bersin atau batuk,bisa juga melalui benda yang terkontaminasi. Maka untuk mengurangi penyebaran virus,Pemerintah memberikan himbauan kepada setiap orang untuk selalu menggunakan masker,dan tidak boleh saling berdekat – dekatan atau berkerumun.
Dengan demikian,sekolahpun terpaksa tidak bisa dilaksanakan secara tatap muka seperti biasanya. Atas instruksi dari Menteri Pendidikan,sekolah harus dilaksanakan secara online atau daring.
Sekolah secara daring,tentu bukan hal yang mudah,banyak kendala yang harus dihadapi,karena tidak semua siswa mempunyai HP,tidak semua yang mempunyai HP punya kuota yang memadai untuk belajar,dan tidak semua siswa paham bagaimana cara menggunakan HP untuk belajar.
Namun, sayang iktikad baik tersebut tidak selalu berjalan mulus. Bahkan, pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) tidak semulus yang dibayangkan. Sampai saat ini, kebijakan pembelajaran dengan sistem daring masih menjadi polemik di masyarakat. Persoalan yang munculpun cukup beragam dalam PJJ. Mulai dari hal yang terkait dengan kesiapan infrastruktur penunjang, kemampuan penguasaan teknologi, hingga kemampuan finansial masyarakat untuk mengikuti pembelajaran yang terpaksa diterapkan pada masa pandemi virus corona.
Sebagai guru,tentu saya juga memiliki banyak cerita dalam mengajar secara jarak jauh. Dari siswa yang mengadu karena tidak paham dengan materi yang disampaikan,dari orang tua yang mengeluh tidak bisa mendampingi anak belajar karena harus bekerja,orang tua yang bisa mendampingi belajar,tetapi kebingungan karena di rumah bukan hanya satu anak yang harus didampingi,orang tua yang bisa mendampingi belajar,tetapi tidak bisa membantu anaknya mengerjakan tugas karena SDM nya kurang. Hal yang sungguh tak terbayangkan sebelumnya,saya harus mengalami hal seperti ini,mengajar melalui dunia maya. Jengkel,marah,kadang ingin menjerit rasanya,ketika saya menghadapi siswa yang sulit mengumpulkan tugas,bermacam alasan mereka utarakan sebagai alibi ketika ditanya mengapa tidak mengumpulkan tugas. Bermacam cara saya tempuh agar mereka mau mengumpulkan tugas,dengan menghubungi orang tuanya,melaporkan ke wali kelas,bahkan memanggil siswa dan orang tua ke sekolah.
Seiring berjalannya waktu,Alhamdulillah kendala – kendala tersebut sedikit demi sedikit dapat diatasi, sehingga pembelajaran secara online dapat terlaksana dengan menyenangkan. Dari segala kesulitan yang terjadi,tentu banyak hal positif yang bisa kita ambil hikmahnya. Selain siswa tidak gagap teknologi,untuk gurupun serupa, belajar menjadi guru yang melek teknologi. Mudah – mudahan pandemi ini lekas berlalu, virus Corona segera enyah dari muka bumi,sehingga kehidupan manusia normal seperti sediakala,dan saya dapat mengajar siswa – siswa kembali secara tatap muka di kelas,rindu rasanya bertemu kembali dengan mereka,mendengarkan ocehan dan tawa ria mereka saat di sekolah.
Tika Nira Darkony, S.Pd, lahir 2 Desember 1982 di Bandung. Saat ini berdomisili di Lembang Bandung Barat. Menempuh pendidikan terakhir di UPI Bandung jurusan pendidikan SENDRATASIK program studi Pendidikan Seni Tari (2005). Mengampu pelajaran Seni Budaya di SMPN 3 Lembang.