Ema Damayanti, M.Pd.
(Guru SMPN 2 Cililin dan Pembimbing TMBB)
Saat ini sudah banyak sekolah yang melaksanakan Tatap Muka. Gebyar vaksin pun dilaksanakan di beberapa sekolah sebagai langkah persiapan PTMT. Mendengar teman-teman guru bercerita pada awal tatap muka, membuatku tersenyum getir “Siswa ditanya malah hokcay (melongo, tatapan kosong)” Begitu komentar salah satu guru di salah satu sekolah di Cililin.
PTMT menjadi fase baru yang mungkin tidak terbayangkan sebelumnya. Siswa dan guru yang terbiasa berada di rumah selama dua tahun, sekarang kembali ke sekolah. Dua tahun belajar di rumah tentu sudah cukup membentuk kebiasaan baru. Belajar sambil pegang HP atau laptop bisa sambil tiduran, makan, mengasuh bayi, waktu fleksibel, dan tidak bertatap muka hanya berinteraksi lewat layar ponsel.
Sekarang PTMT dilaksanakan, ruh kegembiraan mulai muncul. Kita dapat melihat lagi siswa berseragam hilir mudik di sekolah, di jalan sepulang sekolah, rasanya dunia kembali hidup. Akan tetapi, ketika memasuki ruang kelas pasti kebingungan mulai muncul. Guru bertanya pada diri sendiri, “Mulai dari manakah saya mengajar?” “Bagaimanakah mengawali semua ini?”
Siswa menatap guru dengan canggung, “Ibu guru bicara apa ya?” Belum lagi pikiran dan jiwa masih belum fokus, masih merambah ke tempat lain. Mungkin game online yang biasa dilakukan pada jam itu, atau bantal guling yang biasa digunakan untuk tiduran pada jam itu. Atau hal lainnya yang biasa dilakukan saat kegiatan belajar di rumah.
Menghadapi situasi itu, memang gurulah prajurit sekaligus pengatur strategi pembelajaran yang berhadapan langsung dengan siswa-siswa hasil “didikan” masa pandemi. Guru harus mulai memutar otak merancang pembelajaran yang bisa diterima siswa dengan baik. Minimal wajah-wajah “pucat” siswa yang terbiasa di rumah kembali “berwarna”
Saya membayangkan saat masuk kelas. Hal pertama yang guru lakukan pasti perkenalan. Siswa dan guru meski sering chatingan tapi berinteraksi langsung tentu belum pernah. Dalam situasi seperti itu, guru bisa membangun suasana lebih hangat dengan membawa siswa berkenalan dengan permainan. Misalnya, sederhana saja guru mengambil sebuah spidol lalu berkata, “Saya Ema saya adalah guru bahasa Indonesia, saya berikan spidol ini kepada Andi dari Lubak Sumur” Lalu Andi diminta melakukan hal yang sama. “Saya Andi dari Lubak sumur saya berikan spidol ini kepada Arrafi dari Rancapanggung” Begitu seterusnya sampai spidol kembali kepada guru ☺
Mengawali pembelajaran bisa juga dengan cara menulis di papan tulis, tulisan berukuran besar sebuah kalimat atau kata yang menarik perhatian. Misalnya “Generation Loss” Guru bisa bertanya pada siswa maksud tulisan itu. Guru mulai memancing dengan mengatakan bahwa tulisan itu sebutan untuk kondisi yang dialami kita hari ini akibat pandemi. Setelah itu, guru menyisipkan motivasi tentang, kenapa harus belajar?, apakah itu belajar?, bagaimana peran mereka di masa depan?. Guru bias mengarahkan siswa tentang mimpi dan cita-cita.Bisa juga dengan menampilkan sebuah gambar yang menarik perhatian dan memancing komentar dan pertanyaan siswa.
Beberapa opini mengatakan bahwa pandemi bisa menyebabkan kemunduran terhadap siswa. Belajar jarak jauh 1-2 tahun, tapi kemunduran belajar bisa sampai lima tahun. Guru bisa menyiasati permasalah tersebut dengan mendongeng untuk siswa tentu saja dengan ekspresi dan suara yang bisa menarik perhatian siswa. Menurut beberapa ahli dan penelitian, manfaat mendongeng bisa meningkatkan kemampuan kognitif dan emosional. Jadi, mendongeng secara rutin bisa menjadi sebuah upaya mengakselerasi kemunduran siswa dalam belajar dan juga kemunduran perkembangan karakter.
Upaya lain, guru dapat mengajak siswa keluar kelas. Mungkin aktivitas berkebun bersama atau membersihkan lingkungan sekolah bersama atau berolahraga bersama. Saat seperti itu siswa akan lebih terbuka mengekspresikan dirinya. Atau bermain peran di depan kelas, atau menyanyi lagu bersama. Dll Ya, banyak cara yang bisa dilakukan guru untuk mengawali kebiasaan baru Pembelajaran Tatap Muka. Satu hal yang mungkin dijadikan catatan, mengawali fase baru pembelajaran saat PTMT, guru jangan mengawalinya dengan materi pembelajaran.***
Bagus bu
Sangat setuju… kas7an anak anak kita sedang ‘sakit’. Sangat membutuhkan bantuan secara psikologis. Terimakasih. Ide yang sangat baik. Mudah untuk dilaksanakan, asal ada rasa peduli dan empati.
Sangat setuju… kasian anak anak kita sedang ‘sakit’. Mereka sangat membutuhkan bantuan secara psikologis. Terimakasih. Ide yang sangat baik. Mudah untuk dilaksanakan, asal ada rasa peduli dan empati.