Dadang A. Sapardan
(Kabid Kurikulum & Bahasa, Disdik Kab. Bandung Barat)
Beberapa waktu lalu, dalam kanal Youtube secara tidak sengaja saya simak paparan yang cukup menarik perhatian. Paparannya sekitar berbagai upaya yang dilakukan untuk memperkuat dan memperluas dogma-dogma oleh lembaga tertentu. Langkah penerapan program yang dilakukan ternyata tidaklah sembarangan dan serampangan. Untuk sampai pada implementasi program, langkah awal yang dilakukan sebelumnya adalah melaksanakan berbagai riset secara mendalam terhadap objeknya. Berdasarkan hasil riset tersebutlah, program disusun secara sistematis untuk dapat diimplementasikan.
Sekolah adalah salah satu dari sekian lembaga yang memiliki tugas utama untuk mentreatment setiap siswanya, sehingga mereka memiliki kesiapan optimal dalam menghadapi masa depan yang semakin penuh dengan tantangan. Melalui treatment yang dilakukan sekolah, para siswa dipersiapkan menjadi generasi masa depan bangsa yang tangguh. Dengan demikian, sekolah menjadi lembaga yang dipertaruhkan sebagai sarana mengantarkan siswa agar dapat survive dalam kehidupan masa depannya.
Melalui sekolah, para siswa yang pada awalnya dipandang kurang ajar harus ditreatment sehingga menjadi sosok cukup ajar dan siap untuk berkiprah guna mewarnai dan membawa kehidupan bangsa dan negara ke arah yang baik. Melalui berbagai program yang dirancang oleh sekolah, siswa diarahkan agar mampu menjadi sosok outcomes yang sesuai dengan harapan.
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah menjadi kepanjangan tangan pemerintah yang secara sistematis dan terstruktur diamanatkan untuk mengimplementasikan berbagai program bimbingan, pengajaran, dan/atau pelatihan bagi setiap siswanya. Implementasi atas berbagai rancangan program tersebut dilakukan guna membantu seluruh siswa, sehingga mampu mengembangkan dan memberdayakan kepemilikan potensinya secara optimal. Lewat polesan yang dilakukan sekolah, mereka diharapkan memiliki kesiapan yang mumpuni dalam menghadapi kehidupan masa depannya yang semakin kompleks dan penuh tantangan.
Melihat idealisme penyelenggaraan pendidikan di sekolah, sepertinya kita tengah memandang sebuah beban berat yang harus dipikul oleh seluruh unsur penyelenggaranya, mulai dari kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, komite sekolah, sampai dengan orang tua siswa. Beban berat tersebut tidak dapat dipandang enteng, tetapi harus disikapi dengan kepiawaian perancangan program yang efektif dan efisien oleh unsur penentu kebijakan sekolah.
Sekaitan dengan perancangan program yang dilakukan sekolah, barangkali tidaklah terlalu berlebihan bila mendorong sekolah untuk membuat rancangan berbasis riset. Kesadaran akan penerapan program berbasis riset ini sudah selayaknya digaungkan agar program-program sekolah benar-benar efektif dan efisien.
Pada kenyataannya, sekolah dihuni oleh para pendidik yang sekaligus sebagai akademisi dan praktisi pendidikan. Dengan demikian, ada modal yang dimiliki oleh penentu kebijakan sekolah. Modal dalam hal ini adalah ketersediaan potensi yang dapat dioptimalkan.
Langkah yang harus dilakukan oleh penentu kebijakan sekolah adalah mengajak para pendidik untuk mau dan mampu menjadikan hasil riset sebagai landasan dalam penerapan program. Untuk sampai ke arah ini, dalam tataran pembelajaran, yang bisa dilakukan oleh sekolah adalah mendorong setiap pendidik guna melakukan penelitain tindakan kelas (PTK), sedangkan dalam tataran kebijakan adalah mendorong keterlaksanaan penelitian tindakan sekolah (PTS) oleh kepala sekolah.
Sampai saat ini, kedua kegiatan yang bernuansa riset tersebut belumlah dapat memperlihatkan hasil yang menggembirakan.
Begitu banyak hasil PTK dari para pendidik serta PTS dari para kepala sekolah yang terlahir hanyalah sebatas menggurkan kewajiban untuk syarat kenaikan tingkat bagi mereka. PTK dan PTS yang konon merupakan hasil riset mereka belum memiliki kelayakan untuk dijadikan basis penerapan program inovatif.
Karena itu, upaya yang harus dilakukan saat ini adalah mendorong para pendidik dan para kepala sekolah agar mampu melakukan riset dan menyusun hasil riset tersebut dalam bentuk PTK atau PTS. Langkah ini dilakukan untuk melapaskan mereka dari zona nyaman yang mewarnai fenomena pendidikan saat ini. Melalui upaya terlebut dimungkinkan lahir ratusan, bahkan ribuan inovasi pembelajaran dan pengelolaan sekolah.
Bila dipandang secara kasat mata, minimal terdapat dua manfaat yang didapat dari pelaksanaan PTK, yaitu sebagai jembatan para guru untuk kenaikan pangkat serta sebagai bahan perbaikan pelaksanaan pembelajaran di kelasnya masing-masing. Begitu pula dengan PTS yang dilakukan oleh para kepala sekolah, bisa dimanfaatkan sebagai syarat kenaikan pangkat serta dasar penerapan kebijakan inovatif pengelolaan sekolah. Bila dilakukan secara serius dengan menerapkan prosedur ilmiah, PTK dan PTS yang tersusun bisa multimanfaat, sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampui.
Hal yang harus disodorkan kepada unsur sekolah saat ini adalah menjadikan sekolah sebagai lembaga yang menerapkan programnya berdasarkan hasil riset. Hal ini bukan sesuatu yang tidak mungkin, karena di sekolah cukup banyak pendidik dan kepala sekolah yang mumpuni untuk melakukan riset. Mereka adalah sosok potensial yang dalam kehidupannya, minimal telah merasakan satu atau dua kali penelitian akhir masa kuliah. Semangat ini yang harus terus didorong dan dibangkitkan oleh berbagai pihak berkepentingan. ****Disdikkbb-DasARSS.
Sangat relefan dan memotifasi