Ngamprah-(Newsroom). Save The Children menyelenggarakan program BISA (Better Investment for stunting alleviation). Kegiatan yang diikuti oleh sejumlah fasilitator dari Dinas Pendidikan Kab. Bandung Barat, Dinas Kesehatan KBB, Tenaga Pendamping Gizi dari Puskesmas Ngamprah dan Puskesmas Jayamekar Padalarang tersebut, dilaksanakan di SMPN 1 Ngamprah selama tiga hari, Selasa-Jumat (2-4/5/21).
Fasilitator Daerah dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat, Rondang Okinda, mengungkapkan bahwa program BISA sangatlah penting. Menurutnya, hal ini sebagai bentuk antisipasi terhadap penyakit anemia yang umumnya menyasar siswa dan remaja putri.
“Program BISA sangat penting disampaikan. Terutama kepada para peserta didik putri yang sangat rentan terpapar penyakit anemia. Hal ini berdasarkan hasil survai Baseline BISA 2020. Tujuannya adalah penurunan stunting pada 1000 hari pertama kehidupan,” ungkapnya.
Disampaikannya bahwa prevalensi anemia remaja putri sekolah masih sangat tinggi, yaitu 68,3% di Kabupaten Bandung Barat dan 82,6% di Kabupaten Sumedang. Hal ini disebabkan karena remaja putri kurang mengkonsumsi makanan kaya zat besi. Menurutnya, terdapat data mengenai pravalensi anemia, yakni 40,8% di Bandung Barat dan 46% di Sumedang.
Selain itu, praktek kepatuhan konsumsi tablet TTD (Tablet Tambah Darah) masih rendah, yaitu 45% di Bandung Barat dan 38% di Sumedang. Kemudian, self reporting perilaku waktu penting CTPS pada remaja yang tinggi (90.1% KBB dan 96.1% Sumedang).
Sementara itu, , Popi Sundari, perwakilan dari save the children, menerangkan bahwa bahwa program BISA yang difasilitasi oleh Save The Children ini terselanggara karena kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Bandung Barat dengan Yayasan Sayangi Tunas Cilik dan Nutrition Internasional.
Disebutkannya bahwa sasaran dari program BISA dalam pencegahan Stunting di Kabupaten Bandung Barat adalah 40 sekolah yang tersebar di tujuh Kecamatan, dan sembilan Puskesmas. Selain itu, setiap sekolah diwakili oleh dua orang guru. Adapun targetnya adalah melatih fasilitator yang ada di sekolah untuk diimbaskan kepada tujuh orang guru dan lima orang siswa tiap sekolah. Selanjutnya disosialisasikan kepada yang lain.
Lebih jauh disampaikan bahwa sosialisasi perubahan perilaku tindakan kecil yang bisa dilakukan dan berdampak luar biasa dengan perubahan kebiasaan CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) dan gizi untuk remaja dengan konsumsi TTD bagi remaja Putri khusunya yang berusia 13-15 tahun.
Diterangkan juga bahwa program BISA ini merupakan program terpadu 2019–2024 yang didukung oleh Power of Nutrition, Pemerintah Australia (DFAT), Pemerintah Kanada dan Asian Philanthropist Circle. Adapun tujuannya untuk membatu Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan Strategi Nasional, yakni mempercepat penurunan Stunting (2018-2024). Selanjutnya, di lapangan melibatkan Siti Hanifah dari Dinkes Kabupaten Bandung Barat, Vivi Novitasari dari Puskesmas Jayamekar, dan Sri Puji Astuti sebagai tenaga pendamping gizi dari Puskesmas Ngamprah.
“Tujuan utama lainnya adalah mendukung pencegahan dan penurunan tingkat stunting dengan memperkuat dan meningkatkan kualitas sistem layanan gizi dan Kesehatan, dan mendorong perubahan perilaku melalui peningkatan pengetahuan dan pendampingan tentang gizi dan higienitas, serta pemanfaatan sumberdaya yang lebih efisien,” pungkasnya. ***
Berita dan Foto: Budi Ruhiat
Editor: Adhyatnika Geusan Ulun