Oleh: Engkom Taryani,S.S
(Guru Perintis SMP Mekarwangi)
Sekolah kami mulai merintis Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sekitar tiga tahun yang lalu. Dengan segala keterbatasan, terutama sarana dan prasarana yang kurang memadai kami mencoba memanfaatkan segala keterbatasan. Dimulai dari belum adanya ruang perpustakaan, kurangnya buku fiksi serta sumber daya manusia (kurangnya minat siswa untuk membaca). Beberapa siswa dipaksa untuk gemar membaca dan menulis review atau ulasan buku setiap bulannya. Bagi beberapa siswa mungkin berhasil, akan tetapi untuk sebagian siswa yang lain masih belum. Ada saja siswa yang terlambat menulis review, terlambat membaca, siswa yang keluar di tengah jalannya program pun pernah ada dua orang, dan lain sebagainya.
Beberapa cara kami (Kepala Sekolah dan guru) lakukan untuk menarik minat siswa dalam membaca serta menulis. Diantaranya; kami pernah melakukan wisata literasi ke lingkungan sekitar sekolah seperti pramestha selama dua kali, kunjungan wisata ke museum geologi dan museum Sri Baduga, memberikan reward kepada siswa yang membaca buku terbanyak selama kurun waktu satu bulan, memberikan hadiah buku agar siswa tetap gemar membaca. Tapi langkah itu masih belum berhasil untuk menarik minat banyak siswa untuk membaca. Hanya siswa itu-itu saja yang betul-betul gemar membaca dan menulis di sekolah kami.
Tapi di sisi lain, sekolah kami pun memiliki prestasi yang cukup membanggakan. Tahun kemarin, sekolah kami dianggap menjadi sekolah terpilih yang berhak mengunjungi pameran di kantor Bupati Bandung Barat karena ketepatan waktu dan semangat membaca dan menulis siswa dan guru. Dua orang guru beserta tiga orang murid berhak melihat-lihat seperti apa gerakan literasi sekolah di sekolah-sekolah lainnya. Disana, kami pun bisa menambah wawasan kami serta menambah pengalaman hal-hal apa saja yang kurang atau mungkin perlu ditingkatkan dari sekolah kami, dan juga ada beberapa improvisasi yang bisa kami terapkan di sekolah.
Tahun ini, beberapa siswa yang tahun kemarin mengikuti pameran bisa menularkan pengalamannya kepada siswa baru lainnya serta dapat menularkan semangat mereka dalam membaca dan menulis. Mereka terlihat lebih semangat dan lebih kooperatif dalam mengikuti gerakan literasi ini. Mereka dapat memberikan contoh yang baik untuk angota-anggota lainnya.
Di tahun ini juga, kami membuat pojok baca. Memang di sekolah kami begitu sangat terbatasnya ruangan sehigga menjadi kendala juga dalam gerakan literasi kami. Itupun sekarang terhambat dengan adanya pembangunan dan rehab gedung SMP dan SMA sehingga pojok baca menjadi terbengkalai. Saat pembuatan pojok baca, kami menempelkan beberapa hasil review siswa dan guru di tahun sebelumnya. Akan tetapi, karena saat itu akhir tahun pelajaran dan terpotong oleh libur sehingga beberapa file hilang. Mungkin karena kurang tertutupnya ruangan serta kurang tertatanya dokumen-dokumen sehingga itu menjadi permasalahan sendiri bagi kami.
Di setiap hari Senin, kami selalu mengadakan readathon setelah selesai upacara bendera. Kendalanya karena tidak semua siswa memiliki buku bacaan sehingga kebanyakan siswa meminjam buku dari sekolah. Mungkin karena kurang terjaga dengan baik sehingga beberapa buku pun hilang dan rusak. Keinginan kami pembina GLS setiap siswa ditunjang dengan memiliki buku bacaan masing-masing sehingga terlihat ada niatan yang kuat dari para siswa untuk membaca. Akan tetapi, mungkin dengan keterbatasan ekonomi serta kurang terperhatikannya para siswa oleh orang tuanya masing-masing, membuat tantangan sendiri bagi kami, para penggerak literasi.
Selain keterbatasan sarana dan prasarana, kami pun kekurangan sumber daya manusia yang baik. Mungkin dengan beragam inovasi, kami harapkan ke depannya GLS MERICA akan lebih baik lagi. Salam literasi!
Editor: Nani Sulyani