Oleh: Rizqi Aji Pratama
(Guru Perintis SMPIT Ibnu Khaldun)
Semangat membaca di SMPIT Ibnu Khaldun mulai Nampak, diawali dengan munculnya siswa baru di Tahun Pelajaran 2018-2019. Saat itu, sedang diadakan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah untuk siswa baru. Para peserta MPLS menuliskan nama, kelas, dan cita-citanya di sebuah kertas berukuran 20*20 cm, serta diberi bolong pada dua sudut atas kertas, kemudian diberi tali, sehingga dapat digantung di leher. Jadilah kertas itu sebagai identitas yang wajib dipakai saat menjadi peserta MOPD.
Salah satu menarik perhatian adalah kemunculan seorang siswa yang menuliskan cita-citanya pada sebuah kertas dengan frasa “editor buku”. Selain itu ada lagi, yakni menjadi “pengusaha PO Bus”. Akan tetapi, frasa “editor buku” jauh lebih menarik dibandingkan dengan “Pengusaha PO Bus” dan juga ratusan cita-cita lainnya.
Ketika ditanya lebih lanjut mengenai keinginannya untuk menjadi editor buku, ia menjelaskan alasannya, yakni senang membaca buku. Dalam tiga hari, ia bisa menghabiskan satu buku yang tebalnya ratusan halaman. Bahkan di waktu liburan sekolah, ia hanya membaca, membaca, dan membaca. Selain itu, ia pun belajar untuk menjadi wirausahawan, dengan cara menjual buku yang ia beli di toko buku, kemudian ia jual kembali menggunakan media sosial. Ketika ditanya lebih lanjut tentang usahanya itu, ia menjawab bahwa bukunya sangat laku, bahkan sampai preorder.
Lain halnya dengan temannya itu, ada lagi siswa yang bercita-cita menjadi seorang wartawan, ia berkeinginan seperti itu karena melihat ayahnya yang gemar membaca dan juga menulis. Ada juga siswa yang menuliskan cita-citanya menjadi seorang “penulis”. Ia menjelaskan lebih lanjut kalau hobinya itu berawal dari kecintaannya membaca buku. Sampai pada suatu hari, keluarganya mendorongnya untuk belajar menulis cerpen. Benar juga, ketika diminta beberapa karyanya, ia menyodorkan satu file berisi cerpen yang sangat bagus. Saat diperhatikan dalam pembelajaran, ia selalu mengisi waktu-waktu kosongnya dengan menulis. Benar, menulis. Dengan bermodal buku tulis dan sebuah pensil, ia berimajinasi dan mulai menulis tanpa terganggu dengan riuhnya kelas pada saat itu.
Sebetulnya ada seorang siswa lain yang menjadi sumber inspirasi gerakan literasi di SMPIT Ibnu Khaldun. Namun sayang, bakatnya tidak diarahkan dan dikembangkan di sekolah, hingga akhirnya ia lulus tapi belum menghasilkan karya di SMPIT Ibnu Khaldun.
Selain beberapa siswa tadi, SMPIT Ibnu Khaldun sudah menyelenggarakan kegiatan literasi tahunan, yakni reading challenges. Kegiatan ini melibatkan seluruh siswa untuk membaca buku dalam jangka waktu yang ditentukan. Penghargaan yang diberikan sekolahpun sangat bagus. Sampai diadakannya Bulan Bahasa, sejatinya SMPIT Ibnu Khaldun sudah menyuarakan gema literasi di sekolah dengan sangat meriah, yakni mengadakan lomba presentasi ulasan buku yang melibatkan guru dan siswa, membaca pembukaan UUD 1945, menulis cerpen dan membaca puisi, hingga mengadakan lomba untuk menjadi Duta Literasi SMPIT Ibnu Khaldun.
Di SMPIT Ibnu Khaldun terdapat juga kegiatan ekstrakurikuler berbasis literasi, yakni Jurnalistik Ibnu Khaldun, atau yang lebih akrab disebut “Jurasik”. Ekstrakurikuler inipun tidak dapat dipandang sebelah mata, karena ternyata peminatnya juga cukup banyak dan banyak mengadakan kegiatan yang berkaitan dengan literasi, seperti wawancara, menulis berita, membuat video dokumenter sekolah, dan juga membuat vlog yang sampai akhirnya memenangkan juara 1 lomba vlog yang diselenggarakan di salah satu sekolah Islam yang terletak di Ngamprah.
Dengan bermodalkan pengalaman dan iklim literasi yang cukup baik, sebenarnya SMPIT Ibnu Khaldun bisa meningkatkan gairah literasinya dengan lebih baik lagi, apalagi didukung Pemerintah Kabupaten Bandung Barat dengan program TMBB-nya, SMPIT Ibnu Khaldun bisa memaksimalkan situasi ini. Hal ini tentu menjadi modal yang berharga bagi SMPIT Ibnu Khaldun untuk bisa mewujudkan cita-cita siswa sedini mungkin.
Editor: Nani Sulyani