Oleh: Abdul Cholik
“Ada yang bilang kalau mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sulit, susah atau tidak menyenangkan sehingga jarang yang berprestasi. Ada yang bilang pelajaran olah raga adalah pelajaran yang mudah, menyenangkan dan mengasikan, tapi tidak banyak yang jadi juara.”
Terlepas dari kedua pendapat di atas, dalam pelajaran matematika seorang guru sering memberikan contoh penyelesaian suatu rumus atau masalah dalam soal matematika.
Duluu … entah kapan, yang pasti pada saat belum banyak perkembangan dan gangguan, guru matematika cukup memberikan satu kali contoh, para muridnya kebanyakan langsung bisa. Sekarang guru matematika tidak cukup memberikan sekali contoh, perlu berulang ulang memberi contoh, itu pun kalau angka-angka yang ada dalam contoh itu diganti. Tidak sedikit siswa yang masih kesulitan. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya gambaran yang ada di sekitar lingkungan siswa, seperti asiknya main game on line, asiknya bermain HP, dan ada pandangan kalau matematika adalah pelajaran yang sulit. Sehingga guru perlu beberapa kali membuat contoh.
Di sekolah bukan hanya matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris atau mata pelajaran lain pada umumnya, ada yang harus disampaikan lagi yaitu Pendidikan Karakter melalui PPK (Penguatan Pendidikan Karakter).
Karakter berasal dari bahasa Latin yaitu kharassein yang berarti membuat tajam. Kalau artinya seperti itu pasti diingatkan tentang pisau atau golok. Maka tidak cukup satu kali melakukan proses pengasahan, perlu berulang-ulang apalagi bila kondisi pisaunya sudah berkarat.
Menurut KBBI, karakter adalah tabiat, watak, sifat kejiwaan, ahlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. terdapat empat jenis karater manusia yaitu, pertama ‘Sanguimis’, cirinya suka bergaul, suka berbicara, memiliki rasa humor, ekspresif, antusias, periang dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Ke dua, Melankolis, cirinya tidak suka bergaul, pemikir, serius, tekun, suka berkorban dan idealis yang cukup tinggi. Ke tiga ‘Koleris’, ciri karakter ini suka mengatur, berpetualang, senang dengan tantangan, tegas dalam mengambil keputusan dan tidak mudah menyerah. Ke empat, ‘Plegmatis’, memiliki ciri cuek, santai, bersahabat dan cinta damai. Tentu saja dari ciri-ciri tersebut ada unsur yang lebih dominan.
Karakter-karakter di atas tidak berkembang begitu saja. Ada faktor yang mempengaruhinya yaitu, faktor biologis dan faktor lingkungan. Khusus faktor lingkungan, salah satunya adalah sekolah. Dari usia dini sampai remaja, pada umumnya manusia sekarang banyak menghabiskan waktunya di sekolah.
Begitu pula dengan siswa di SMPN 2 Padalarang, hampir delapan jam setiap harinya berada di sekolah kecuali hari libur. Sehingga dipandang perlu diterapkannya program PPK.
Unsur PPK yang dikembangkan di SMPN 2 Padalarang tidak terlepas dari lima unsur pokok pengembangan karakter yang sudah disepakati bersama. Kelima unsur pokok itu adalah pertama Religius yakni, perilaku sifat dan sikap keberagamaan. Pada aspek ini, yang dikembangkan adalah memahami manusia sebagai mahluk yang beragama. Usia SMP merupakan masa untuk meniru. Oleh karena itu pengkondisian di sekolah ini disusun secara terprogram. Dalam hal ini, guru dijadikan sumber suri tauladan atau sebagai contoh. Sama halnya dengan matematika yang tidak cukup satu kali contoh. Seperti salat berjamaah zhuhur yang dilakukan setiap hari, bimbingan keagamaan dan sholat dhuha bersama yang dilakukan setiap Jumat pagi, doa bersama dan yang lainnya.
Kemudian, Nasionalisme, yaitu cara berpikir, bertindak dan berwawasan kebangsaan atau bernegara. Sikap utamanya adalah dengan menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan kelompok atau diri sendiri. Sehingga akan tumbuh dan tebalnya rasa cinta tanah air dan rela berkorban. Salah satu bentuk programnya adalah Upacara Bendera setiap hari senin dan hari besar nasional, delain dipasang simbol kenegaraan di setiap ruangan dan yang lainnya.
Selanjutnya, Gotong Royong, yakni perilaku yang mencerminkan adanya kebersamaan. Sehingga dipahami bahwa manusia sebagai mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Di antara program yang dilaksanakan adalah dengan menerapkan teknik belajar dalam kegiatan di kelas, sepert diskusi dan kerja kelompok. Program lainnya, yaitu pembagian tugas kebersihan dengan membentuk kelompok piket. Selain itu, unsur kerjasama yang muncul adalah jiwa peduli, yakni tindakan yang selalu ingin membantu orang lain, seperti ada bakti sosial, membantu fakir miskin, dan empati terhadap teman yang mendapat musibah.
Berikutnya adalah Integritas, yaitu kepribadian untuk konsisten, atau tetap baik dalam ucapan maupun perbuatan. Sifat yang erat adalah jujur yaitu berbicara dan bertindak sesuai dengan kenyataan. Penanaman karakter ini dilakukan oleh seluruh komponen sekolah dan dilakukan terus menerus sehingga terwujud rasa saling percaya baik dalam maupun di luar KBM.
Yang terakhir adalah Mandiri, yakni perilaku atau sikap untuk terbiasa belajar hidup tangguh secara sendiri dengan tidak melupakan kesadaran sebagai mahluk sosial. Penerapannya adalah dengan cinta kebersihan pribadi dan lingkungan. Kemudian ditanamkan tentang pentingnya kebersihan harus dilakukan oleh dirinya, karena dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Begitu pula dengan kebersihan lingkungan yang perlu dilakukan siswa bukan sekedar karena ada perintah. Peserta didik dilatih untuk berani mengungkapkan pandangan atau pendapatnya, dilatih untuk melakukan atas kemapuan sendiri, begitu pula yang lainnya.
Akhirnya, di SMPN 2 Padalarang, pendidikan karakter ini dilatihkan dan diterapkan sama seperti contoh matematika. Dilakukan berulang-ulang dan terus-menerus karena mempunyai tujuan untuk mewujudkan pribadi yang unggul dalam intelektual, dan sikap yang optimal. Sehingga SMP Negeri 2 Padalarang merupakan SATRIA YANG SIAP LUMPAT ***
Editor: Adhyatnika GU.
mantaappp pa