Berita: Adhyatnika GU
PARONGPONG-(NEWSROOM). SMPN 3 Parongpong menyertakan 30 siswa dalam program Sekolah Cerdas (Ceria, Damai, dan Siaga Bencana) 2.0 Batch III. Siswa tersebut adalah perwakilan dari OSIS dan PMR. Kegiatan yang merupakan program unggulan dari Lazismu dan MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Centre) bekerjasama dengan PeaceGeneration tersebut berlangsung selama September 2019, Selasa (3/09/19).
Kepala SMPN 3 Parongpong, Efni Iriani mengungkapkan apresiasi dan kebanggaan atas terpilih sekolahnya menjadi salah satu bagian dari program di atas,
“Saya sangat mengapresiasi terselenggaranya kegiatan Sekolah Cerdas. Hal ini sebagai upaya antisipasi dan mengurangi dampak yang disebabkan oleh terjadinya bencana alam,” ungkap Efni saat dihubungi Newsroom.
Lebih jauh diungkapkan pula bahwa selain SMPN 3 Parongpong, terdapat tiga sekolah lainnya yang direkomendasi oleh Dinas Pendidikan KBB yakni, SMPN 2 Parongpong, SDN 1 Cihanjuang, dan SDN Harapan Mulya Parongpong. Selama satu bulan september ini siswa dibekali pengetahuan tentang siaga bencana.
Seperti diketahui, Muhammadiyah Disaster Management Centre (MDMC) dan Lazismu Muhammadiyah meluncurkan program Sekolah Cerdas 2.0 dalam menyadarkan masyarakat akan pentingnya mitigasi bencana. Program ini diperkenalkan sebagai solusi terintegrasi yang menyiapkan sekolah dari risiko bencana alam dan bencana sosial. Bencana yang kerap melanda Indonesia inilah melatarbelakangi dibuatnya program tersebut. Upaya yang dilakukannya adalah melatih masayarakat, terutama usia sekolah untuk cerdas menghadapi segala macam resiko bencana dan kekerasan sosial, dan bagaimana konsep penyelamatan diri dan orang lain ketika terjadi bencana dan kekerasan.
Sekolah Cerdas merupakan upaya membangun kesiapsiagaan sekolah terhadap bencana dalam rangka menggugah kesadaran seluruh unsur-unsur dalam bidang pendidikan baik individu maupun kolektif di sekolah dan lingkungan sekolah, baik itu sebelum, saat maupun setelah bencana terjadi.
Ditambahkan pula bahwa tujuan dari program di atas adalah membangun budaya siaga dan budaya aman disekolah dengan mengembangkan jejaring bersama para pemangku kepentingan di bidang penanganan bencana; Selain itu meningkatkan kapasitas institusi sekolah dan individu dalam mewujudkan tempat belajar yang lebih aman bagi siswa, guru, anggota komunitas sekolah serta komunitas di sekeliling sekolah. Kemudian menyebarluaskan dan mengembangkan pengetahuan kebencanaan ke masyarakat luas melalui jalur pendidikan sekolah.
Kegiatan yang rencanakan rampung dalam empat minggu ini dibagi ke dalam beberapa sesi. Pada pertemuan pertama kegiatan, siswa diperkenalkan berbagai macam bencana dengan permainan kartu. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok diberi satu set kartu bergambar pulau, ‘kartu baik’, ‘kartu buruk’, ‘kartu bencana’, recyle, ‘kartu sampah’, dan ‘kartu siaga bencana’. Setiap siswa mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menjaga pulau agar tidak mendapatkan ‘sampah’, ‘kartu buruk’, dan ‘bencana’. Apabila dalam permainan tersebut siswa dapat mengumpulkan empat ‘kartu baik’ dan ‘siaga bencana’, maka siswa tersebut keluar sebagai juara.
Simulasi permainan ini dapat meningkatkan pengetahuan dan kepekaan siswa tentang bencana. Setiap siswa punya tugas dan tanggung jawab untuk menjaga lingkungan sekitar agar tidak tercemar oleh sampah, polusi udara, pencemaran air, perburuan hewan, dan kebakaran. Semua hal tersebut menjadi faktor terbesar terjadinya bencana. Selain harus punya kesadaran sendiri dalam menjaga lingkungan, juga harus peka dan peduli terhadap keadaan sekitar. Apabila terjadi bencana siswa punya bekal siaga bencana dan bergotong royong membantu sesamanya.
Penyampaian materi dilanjutkan dengan menggambar pohon besar dari mulai akar, batang, dan daun rimbun. Pohon tersebut mengontruksi pikiran siswa terhadap terjadinya bencana dari mulai penyebab, gejala, dan dampak. Siswa dapat mengenali penyebab bencana yang bisa disebabkan oleh ulah manusia dan alam, gejala atau tanda-tanda bencana terjadi, dan dampak yang dirasakan dari bencana.
Di akhir pertemuan, siswa diajak bermain ice breaking “Raja Berkata”. Program ini memberikan pengetahuan bencana dengan cara yang menyenangkan dan ceria. Hal tersebut membuat antusias siswa mengikuti arahan mentor.
Efni Iriani menuturkan bahwa sebagai sekolah yang berlokasi di daerah daratan tinggi dan rawan bencana tentu saja program ini sangat bermanfaat.
“Program yang sangat bermanfaat karena menumbuhkan kesiapan dan cepat tanggap dalam menghadapi kemungkinan bencana. Saya merasa bangga atas antusiasnya anak-anak mengikuti pembelajaran dengan penuh keceriaan,” pungkasnya.***
Sumber Berita: Efni Iriani (Kepala SMPN 3 Parongpong)
Editor: Tim Newsroom