Tim “HIJAU SEKOLAHKU” SMPN 1 CIPATAT, BELAJAR PENGOLAHAN SAMPAH KE BENING SAGULING
Reporter: Nuni Fitriarosah
CIHAMPELAS-(NEWSROOM)– Pengolahan sampah plastik semakin banyak perkembangan. Tidak hanya perusahaan besar, unsur kecil masyarakat pun dapat mengolah sampah platstik. Hal ini juga dilakukan oleh SMPN 1 Cipatat. Setelah berjalan dengan program Bank Sampah dan pembuatan ecobrick, SMPN 1 Cipatat kembali menambah wawasan mengenai pengolahan sampah. Sejumlah siswa SMPN 1 Cipatat belajar mengolah sampah ke Sekolah Alam Insan Litera yang berlokasi di Saung Eceng Bening Saguling pada Sabtu (10/11/2019). Siswa-siswa ini dibimbing oleh Faizah, Arifah Nurjannah dan Yeni Setiati selaku guru SMPN 1 Cipatat yang tergabung dalam Tim “Hijau Sekolahku”.
Setibanya di Saung Eceng Bening Saguling, rombongan SMPN 1 Cipatat disambut oleh siswa SMP Insan Litera yang didampingi oleh guru-gurunya yaitu Edi Juharna dan Toyib Aryanto. Mereka langsung mengajak rombongan SMPN Cipatat susur Sungai Citarum menuju sebuah pulau kecil yang berlokasi di tengah sungai Citarum. Berhubung Sungai Citarum kondisinya sedang kering, rombongan dapat menjangkau pulau dengan berjalan kaki tanpa harus menaiki perahu. Setibanya di pulau, sambil istirahat rombongan disajikan sejarah asal mula Sungai Citarum yang diceritakan oleh Edi Juharna.
Setelah dari pulau, siswa melanjutkan jelajah hutan komunitas Bening Saguling. Di dalam hutan komunitas, rombongan SMPN 1 Cipatat diajarkan cara menanam dengan media aquaponik. Menanam dengan media aquaponik selain memanfaatkan botol bekas air mineral juga memanfaatkan bahan yang ada di alam, misalnya batang dan akar pohon pisang, akar dan dedaunan kering yang ada di hutan komunitas.
“Inti dari Tim Hijau Sekolahku ke Saung Eceng Bening Sagulig adalah untuk belajar memanfaatkan barang terbuang dan lebih mencintai alam. Terlebih kami juga disajikan cerita mengenai Sungai Citarum baik itu sejarah asal mula terbentuknya hingga keadaannya kini yang seperti septic tank raksasa, ” ujar Faizah.
Setelah susur sungai dan jelajah hutan komunitas, rombongan kembali ke Saung Eceng Bening Saguling. Sambil beristirahat, mereka diperlihatkan cara membuat penyaringan air dari botol bekas air mineral. Siswa pun bersemangat ingin mempraktekannya sendiri. Benar saja, dalam sekejap siswa dapat membuat penyaringan air dari botol bekas air mineral. Selain menjadi penyaringan air, ada pemanfaatan lain dari botol bekas air mineral misalnya dengan menjadikannya meja dan kursi. Siswa SMPN 1 Cipatat belajar membuat meja dan kursi dari botol bekas air mineral dibimbing oleh teman-teman dari Sekolah Alam Insan Litera.
“Kegiatan di sekolah ini sangat menginspirasi, kami belajar banyak hal mengenai mengolah sampah. Terima kasih pada teman-teman dari Sekolah Alam Insan Litera telah berbuat hal yang sangat bermanfaat bagi umat dan peradaban. Kegiatan ini menyadarkan kami untuk lebih menjaga bumi,” ungkap Hamka Salman selaku Ketua Tim Hijau Sekolahku.
Hari sudah siang, matahari hampir berada di atas kepala. Siswa Sekolah Alam Insan Litera memanfaatkan hal ini untuk berbagi cara pengolahan daur ulang kertas tak terpakai. Setelah kertas disobek, direndam kemudian diblender agar menjadi bubur kertas. Setelah menjadi bubur kertas kemudian dicetak menggunakan screening yang telah disiapkan. Mencetak kertas daur ulang membutuhkan ketelatenan dan kegigihan agar dihasilkan kertas yang dapat dipakai baik untuk menulis atau untuk handycraft.
“Kegiatan seperti ini tidak hanya berorientasi hasil. Untuk awal percobaan, kertas yang dihasilkan bisa jadi tidak sebaik yang diharapkan. Namun itu tidak perlu dijadikan masalah, terpenting semangat remaja-remaja usia SMP ini dalam menjaga lingkungan harus diapresiasi. Semoga akan semakin banyak lagi remaja-remaja dan semua unsur yang peduli menjaga lingkungan,” kata Edi.
Saung Eceng Bening Saguling yang diprakarsai oleh Indra Darmawan ini telah memberikan sumbangsih untuk lngkungan, tidak hanya menjaga Sungai Citarum, tetapi juga ikut memberdayakan masyarakat sekitar dalam pengolahan sampah.
“Saya kagum pada Pak Indra, sebagai pemrakarsa Saung Eceng Bening Saguling beliau mampu berbuat untuk Sungai Citarum dan masyarakat sekitar sungai. Pesanan berbagai produk hasil pemanfaatan sampah banyak berdatangan. Tentunya ini mempunyai nilai ekonomis. Hasil kerja kerasnya berbuah manis, tempat ini juga banyak didatangi oleh relawan dan media dari manca Negara,” tutur Arifah.
Masih banyak pengolahan sampah yang dapat dipelajari dari tempat ini, misalnya membuat anyaman dari eceng gondok. Namun karena Sungai Citarum masih kering akibat musim kemarau tanaman eceng gondok sulit ditemukan hingga belajar membuat anyaman dari eceng gondok tidak dapat dilakukan.
“Saya merasa bangga sekali, anak-anak bisa berkunjung dan belajar ke Bening Saguling. Semoga apa yang didapat dapat bermanfaat untuk hari ini dan masa depan. Tidak hanya untuk pribadi namun juga untuk kehidupan manusia yang lebih luas,” tutup Dede Junaedi selaku Kepala SMPN 1 Cipatat.***