Oleh: Endang Wahyu Widiasari, M.Pd
(Guru SMPN 4 Cikalongwetan)
Senin, 29 Oktober 2018 di halaman SMPN 4 Cikalongwetan, digelar upacara khidmat dalam rangka peringatan hari Sumpah Pemuda yang ke-90. Sebagai pembina upacara dipimpin oleh Bapak Aep Saepurohman, S.Pd, guru wali kelas VIII A. Dalam amanatnya yang berjudul “Pemuda Indonesia bijak menggunakan media sosial dan handphone untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa” diulas berbagai dampak positif dan negatif dari penggunaan handphone.
Di sekolah kami ada larangan membawa handphone ke sekolah bagi para siswa, kecuali untuk kegiatan pembelajaran, itu pun dengan pengawasan guru bidang studi. Jarang sekali guru menyuruh anak-anak untuk membawa handphone dikarenakan kondisi anak-anak yang jarang mempunyai handphone dan juga ada ketakutan dipergunakan untuk hal yang negatif. Akan tetapi dilarang bagaimanapun juga, informasi dari media sosial sangat cepat sekali masuk dan banyak mempengaruhi anak didik kita.
Penggunaan handphone sebenarnya tergantung bagaimana kita menggunakannya. Seperti dua sisi mata uang, bila digunakan secara baik akan banyak sekali manfaat yang didapatkan, akan tetapi jika digunakan untuk hal negatif pasti lebih banyak dampak buruk yang diperoleh. Di sekolah kami ada aturan jika guru menyuruh anak membawa Handphone harus meminta ijin terlebih dahulu kepada Waka Kurikulum atau Kesiswaan, dan juga Kepala Sekolah. Hal ini dimaksudkan supaya penggunaan handphone bisa terpantau ketika digunakan di sekolah.
Seperti hari itu, semua siswa yang memiliki Handphone android dipersilahkan untuk dibawa ke sekolah, karena pada hari itu akan diadakan kegiatan aksi pemberin Vote kepada Ibu Mardyah sebagai wakil Jawa Barat untuk PNS Inspiratif tingkat nasional. Sungguh sebuah kebanggaan bagi kami memiliki sahabat sehebat beliau, di mana berhasil terpilih dan menyisihkan sekian banyak guru berprestasi lainnya di Indonesia. Semoga saja kehebatan beliau bisa menular pada kami dan juga semua warga SMPN 4 Cikalongwetan.
Sosok Ibu Mardyah adalah figur guru teladan bagi kami, beliau begitu gigih memperjuangkan dunia pendidikan di Bandung Barat. Apa yang telah beliau lakukan menjadi inspirasi juga buat kami di sini untuk lebih maju lagi. Ketika kegiatan pemberian vote dilaksanakan, banyak kendala yang dijumpai seperti sinyal yang sulit dan siswa banyak yang belum paham cara pemberian vote. Tapi yang pasti, pemberian vote ini memberikan pengalaman dan pembelajaran baru bagi anak-anak bagaimana menggunakan media handphone untuk hal positif yang salah satunya dengan memberikan voting dukungan. Untuk kuota internet sendiri menggunakan jaringan Wifi sekolah sehingga tidak membebani siswa. Sebenarnya dengan aksi pemberian vote ini secara tidak disadari juga mengajari anak-anak menjadi melek IT.
Penguasaan teknologi informatika menjadi keharusan dan kebutuhan bagi siswa di era milenium seperti sekarang. Teknologi informatika merambah hingga ke pelosok-pelosok daerah yang memaksa siswa harus terus belajar agar lebih kompetitif. Assasmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) for school adalah modul aplikasi komputer sebagai salah satu upaya untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kompetensi siswa, didesain sebagai penilai formatif yang ringkas, mencakup topik-topik yang esensial dan fundamental dan diharapkan menjadi salah satu sumber belajar bagi siswa dan guru.
Memanfaatkan moment voting untuk ibu Mardyah, kami menyisipkan kegiatan sosialisasi AKSI for school kepada rekan guru dan siswa, sebagai tindak lanjut dari kegiatan Bintek untuk para Waka Kurikulum di Hotel Endah Parahyangan beberapa waktu lalu. Kebetulan penulis yang keseharian menjabat sebagai Wakasek Bidang Kurikulum ditugaskan oleh Kepala Sekolah mengikuti workshop tersebut.
Sosialisasi kepada rekan guru tidak begitu sulit mengingat dari segi pengetahuan dan peralatan hampir semuanya siap dan rata-rata memiliki handphone android. Akan tetapi yang menjadi kendala ketika sosialisasi menyentuh para siswa. Ketidaksiapan sarana di sekolah, kurangnya sarana komputer dan juga tidak semua siswa mempunyai handphone (dalam satu kelas hanya 3 sampai 4 orang saja) menjadikan kegiatan ini sedikit terhambat. Kondisi demikian tidak menjadikan kami kehabisan akal, akhirnya satu Handphone disiasati bisa digunakan untuk satu kelompok.
Dengan menggunakan sarana handphone android untuk masuk ke program AKSI for school akhirnya kegiatan ini bisa berjalan. Kendala memang kembali dijumpai ketika tidak semua siswa berhasil masuk ke web AKSI. Kapasitas RAM handphone dengan merk yang beragam diduga menjadi salah satu penyebabnya. Walau masih banyak kekurangan disana-sini ada satu hal penting di dapat, bahwa siswa secara berkelompok mulai tahu bagaimana mengerjakan soal-soal HOTS, khusunya untuk materi Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika. Mengerjakan satu soal saja ternyata menghabiskan waktu yang cukup lama.
Kegiatan AKSI for school ini idealnya dilakukan di laboraturium komputer dengan jaringan internet yang memadai sehingga akan mempermudah sosialisasi dari kegiatan AKSI for school ini. Sayang, banyaknya kendala dilapangan membuat sosialisasi berjalan tidak maksimal, tapi yang terpenting kami sudah berupaya membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah alasan untuk tidak berbuat positif.
Semangat untuk terus berkreasi dan berinovasi, semoga dimampukan, amin…
Dengan adanya pejuang pendidikan,semoga smpn 4 cikalongwetan terus maju
Amin yra..
Hatur nuhun Pak Ita