Oleh: N. Mimin Rukmini
Guru Bahasa Indonesia SMPN I Cililin
Bening Saguling Foundation siang itu terasa lebih gemilang. Salah satunya karena Kang Eriyandi begitu riang menyajikan materi artikel pendidikan. Peserta workshop merasa mundel mendapatkan pembelajaran.
Penulis terinspirasi dari pernyataan Severn Sujuki tentang nasihat dari ayahnya, mengungkapkan bahwa “Kamu akan selalu dikenang karena perbuatanmu, bukan oleh kata-katamu”. Sepadan dengan ungkapan tersebut, “Anda adalah apa yang Anda lakukan, bukan apa yang Anda katakan.” Kalimat tersebut, mengandung makna luar biasa! Severn mengemukakan pandangannya di hadapan pejabat tinggi PBB dalam acara tentang lingkungan hidup. Peduli lingkungan hidup menurut Severn bukan sekadar berbicara, melainkan butuh langkah nyata, melaksanakan dan melakukan sesuatu, mewujudkan suatu tindakan tanpa khayalan semata.
Demikian pula dengan pengembangan guru professional. Guru professional tidak hanya cukup mengikuti pelatihan dan workshop semata, tetapi wajib merealisasikan hasil pelatihan dan workshop tersebut dalam pembelajaran dan karya nyata. Pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif untuk mendorong dan mewujudkan kecakapan Abad 21. Kecakapan Abad 21, baik yang berkenaan dengan peserta didik maupun kecakapan yang berkenaan dengan diri guru. Sedangkan karya nyata dapat berupa hasil kongkret media pembelajaran, atau artikel yang dimuat di koran, majalah, atau media sosial. Buku adalah salah satu karya nyata dari guru professional. Melalui buku, guru menuju babak baru. Membentuk sejarah hingga kehidupan guru dan siswa bertambah berkah. Tulisan akan menjadi saksi di dalam sejarah dan literasi.
Kecakapan Abad 21 yang meliputi penguatan pendidikan karakter (PPK), kompetensi, dan literasi dasar adalah tiga paket kecakapan yang tak bisa di tunda lagi. Ketiganya saling melengkapi sehingga diharapkan peserta didik semakin tangguh dan sejajar dengan anak-anak bangsa lain yang lebih maju. Bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki peradapan maju, literat dan bermartabat.
Melihat peradaban negara maju yang lebih tinggi. Guru salah satunya, diharapkan literat, dan memiliki keterampilan menulis. Keterampilan menulis guru, didapat bukan hanya melalui pelatihan dan worshop sesaat, melainkan bergantung dari konsistensi yang dilakukan guru tersebut. Konaah menulis bagi seorang guru adalah salah satu bentuk profesionalisme berkelanjutan. Oleh karena itu, menulis artikel pendidikan bukan untuk meningkatkan pangkat, melainkan agar guru lebih profesional. Guru yang profesional, ya dipastikan, diberi kenaikan pangkat.
Selanjutnya, Dadang Ahmad Sapardan dalam bukunya “Pemikiran dari Pinggiran” mengemukakan beberapa ciri guru professional, di antaranya adalah sebagai berikut. Satu, guru professional sejatinya selalu membuat perencanaan yang matang, dan tentunya dapat diaplikasikan dalam pembelajaran. Perencanaan pembelajaran, yang diperhitungkan akan berdampak pada proses dan hasil pembelajaran, artinya serangkaian benang merah dari tujuan yang diikat melalui strategi, metode, media, sampai pada evaluasi pembelajaran akan lebih terkontrol dan terukur. Pola perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran tersebut akan menjadi umpan balik pembelajaran berikutnya. Demikian seterusnya, akhirnya akan berdampak pada kualitas pelaksanaan pembelajaran secara berkelanjutan.
Dua, guru professional senantiasa selalu mengubah pola pikir atau mind set dalam pembelajaran. Pembelajaran yang asalnya berpusat pada guru (teacher center) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center). Abad 21 sebagai Abad digital, guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar siswa, melainkan guru sejatinya mengarahkan cara belajar mereka agar belajar lebih optimal. Guru tidak hanya sebagai fasilitator, tetapi juga sebagai katalisator. Fasilitator dalam mengarahkan, membimbing, melatih, dan mengevaluasi pembelajaran. Katalisator untuk memotivasi, memberi contoh karakter yang berguna dalam kehidupannya.
Tiga, guru professional memiliki keberanian untuk bersikap kritis dan berani menolak pihak mana pun yang tidak mendukung kegiatan pendidikan. Kritis terhadap kebijakan yang dirasa merugikan kinerja, termasuk kelancaran pembelajaran, baik yang berkenaan dengan perencanaan, proses, hasil, maupun evaluasi pemberajaran.
Terakhir, guru professional menunjukkan sikap kreatif dan inovatif. Sikap kreatif dan inovatif akan berdampak pada pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Inovatif adalah wujud dari kreativitas. Lalu, guru menuliskan inovasi tersebut. Menulis inilah, merupakan salah satu wujud kongkret kreativitas. Inovasi pembelajaran, dan professional guru.
Lantas, bagaimanakah dengan dukungan pimpinan terkait terhadap pengembangan profesionalisme guru umumnya, dan khususnya kegiatan literasi? Hal ini, sungguh sangat diperlukan. Dorongan dari pimpinan terkait di antaranya telah dilakukan secara nyata saat Workshop Penulisan Artikel Ilmiah Pendidikan di Rumah Eceng, atau Founder Bening Saguling Foundation, beberapa waktu yang lalu. Melalui kerja Tim Newsroom di bawah Pimpinan Kabid Disdik KBB, Dadang Ahmad Sapardan, menyelenggarakan Workshop Penulisan Artikel ini dengan narasumber Kang Eriyandi Pegiat Literasi. Hadir pula Kang Syarif dari Balai Bahasa Jabar, yang memberi apresiasi positif terhadap kegiatan workshop. Balai Bahasa Jabar akan memfasilitasi tulisan yang bagus dari peserta pelatihan sampai menerbitkan buku. Kang Indra sebagai Founder Rumah Eceng Bening Saguling, memberi pula sambutan yang meriah terhadap kegiatan ini. Founder Saguling merupakan arena berkarya dan melakukan sesuatu dengan prinsip ibadah, pemberdayaan masyarakat, pendidikan, serta pelestarian lingkungan hidup. Dasyat bukan?
Peserta warkshop antusias mengikuti kegiatan. Duduk bersama dengan beberapa kepala sekolah dan pengawas, berbaur melingkar, menuliskan ide walau sekadar mengguar satu atau dua paragraf, terciptalah komunikasi penyegaran ilmu yang luar biasa. Narasumber memberikan beberapa tema. Peserta yang bersedia menyajikan hasil kerja mereka, Dengan prinsip andragogy, Kang Eriyandi mengupas dan mengapresiasi tulisan yang disajikan. Waktu dua jam tidaklah cukup untuk menyelesaikan sebuah tulisan. Oleh karena itu, tulisan dilanjut di tempat masing-masing, dalam waktu satu minggu, tulisan tersebut sudah sampai pada email narasumber. .
Menulis bukan hanya karena workshop atau pelatian. Guru profesional, menjadikan menulis sebagai konsumsi keseharian karena betapa banyaknya lahan menulis dalam pembelajaran. literasi bukan hanya aksi sesaat, melainkan langkah nyata dan harus menjadi tabiat. Abdul Hadi MW pernah mengemukakan bahwa kemahiran menulis dipengaruhi bakat 5%, keberuntungan 5%, dan 90% adalah kesungguhan dan keuletan. Ulet di dalam menulis, literasi menjadikan karakter diri, Seiring dengan perkembangan karakternya, bangsa beradab dan bermartabat akan terealisasi. Anda adalah apa yang Anda lakukan, bukan apa yang Anda katakan. Bisa!
Sumber:
- Djaelani, M. Anwar. 2012. Warnai Dunia dengan Menulis. Surabaya: InPAS Publishing.
- Sapardan, Dadang A. 2018. Pikiran dari Pinggiran, Bandung: YAF Publish.