Oleh: Dra. Efni Iriani, M.Pd
(Kepala SMPN 3 Parongpong)
Diperlukan kebijakan pembelajaran yang berorientasi terhadap peserta didik, terutama dalam pengimplementasian PPK di satuan pendidikan sekalipun daring. Diawali dengan perencanaan kurikulum satuan pendidikan, penjadwalan dan implementasi serta evaluasi
Latar Belakang
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang dilakukan dengan pendekatan langsung kepada peserta didik untuk menanamkan nilai moral dan memberikan pelajaran mengenai pengetahuan moral dalam upaya mencegah perilaku yang dilarang.
Hal ini menegaskan bahwa pendidikan karakter adalah suatu usaha sadar untuk membentuk moral peserta didik agar menjadi pribadi yang baik, berakhlak mulia, bertoleran, tangguh serta perilaku-perilaku baik lainnya.
Selain itu, jika dicermati pendidikan karakter memiliki fungsi mengembangkan potensi dasar dalam diri manusia sebagai individu yang berpikiran baik, berhati baik dan berperilaku baik. Sehingga akan terbangun bangsa yang kompetitif.
Sperti diketahui, tujuan utama pendidikan karakter adalah untuk membangun bangsa yang tangguh, dimana masyarakatnya berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi dan bergotong-royong. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka di dalam diri peserta didik harus ditanamkan nilai-nilai pembentuk karakter yang bersumber dari Agama, Pancasila dan budaya bangsa Indonesia.
Namun saat ini banyak yang mempertanyakan bagaimana PPK (Penguatan Pendidikan karakter) ini bisa diimplementasikan di satuan pendidikan di tengah keterpurukan sebagai dampak COVID-19. Tentunya diperlukan lahirnya kebijakan yang lebih adaptif, yang bisa membuat peserta didik bisa belajar efektif namun implementasi PPK tetap berjalan dengan tidak terkendala ruang dan kondisi pandemi. Kebijakan-kebijakan seperti apa terutama yang diramu oleh seorang leader agar PPK ini tetap bisa dimplementasikan di satuan pendidikannya.
Langkah Penyelesaian
Bagaimana Pendidikan bisa bangkit keluar dari masa pandemi ini adalah PR bersama. Dalam situasi seperti ini kita memerlukan energi positif dan berpikir jernih. Kalau hanya melihat dari sisi kurangnya, tentu banyak sekali kekurangan. Namun, kalau melihat sisi positifnya, penulis yakin semua kesulitan akan ditemukan jalan keluarnya. Begitupun dengan pelaksanaan PPK di satuan pendidikan manapun. Saat ini mungkin orientasinya adalah bagaimana pembelajaran hanya menyajikan materi essensi saja kepada peserta didik.
Namun jangan lupa bahwa muatan kompetensi inti 1 dan 2 adalah tentang nilai religius dan nilai-nilai sosial. Dalam ruang sesempit apapun tujuan pembelajaran tetap harus tercapai. Itulah awal yang harus dipahami bahwa implementasi PPK harus masuk dalam intra, ko dan ekstra kurikuler.
Komitmen untuk mengimplementasikan PPK untuk tetap digaungkan dalam satuan pendidikan sangat diperlukan secara konsisten dan tentunya efektif untuk dibelajarkan serta berorientasi kepada perubahan prilaku peserta didik sebagai acuan pembelajaran.
Saat ini satuan pendidikan akan memulai PTM (Pembelajaran Tatap Muka) terbatas. Tentunya kebijakan implementasi PPK dalam Hybrid School diperlukan perencanaan yang matang. Bagaimana guru mengolaborasikan pembelajaran tatap muka dengan e-learning atau meng-combine e-learning sesekali diselingi dengan tatap muka. Hal ini akan memberi ruang PPK bisa kembali mendapat porsi yang cukup untuk tetap dibelajarkan.
Penanaman nilai karakter dapat diterapkan melalui pembiasaan sekalipun daring, baik literasi ataupun tagihan-tagihan yang sifatnya temporer, seperti tagihan reviu membaca buku sebagai syarat pengambilan raport atau dalam bentuk portofolio pembiasaan yang disetorkan secara berkala.
Peran sekolah adalah sebagai rumah inovatif tempat anak-anak membangun pikiran, mematangkan jiwa, dan mewujudkan kreativitasnya. Oleh karena itu, perlu ditekankan adanya pemahaman bahwa betapa pentingnya peran guru dalam penerapan program PPK.
Seorang guru harus memiliki hubungan yang dekat dengan anak didiknya agar dapat memantau perkembangan karakter mereka secara optimal. Dengan demikian, program PPK dapat menjadi ajang para guru untuk membuktikan bahwa mereka merupakan faktor utama dalam keberhasilan di institusi pendidikan formal. “Kembalikan jati diri guru melalui PPK, sekalipun di masa pandemi”.
Contoh Model Implementasi Program PPK
- Program PPK melalui kegiatan pembiasaan antara lain
- Hari Senin: memulai hari dengan upacara bendera, apel, menyanyikan lagu Indonesia Raya, Lagu–lagu wajib atau lagu nasional dan berdoa bersama, membaca buku-buku non pelajaran tentang Pendidikan Budi Pekerti, cerita rakyat, 15 menit sebelum memulai pembelajaran, sebelum mengakhiri kegiatan belajar peserta didik melakukan refleksi, menyanyikan lagu daerah dan berdeoa bersama.
- Hari Selassa: pembiasaan yang diisi kegiatan literasi dengan membaca buku non pelajaran atau membaca secara virtual sekitar 15 menit lalu siswa mereviu nya baik dengan teknik fishbone, Y-chart atau AIH, siswa presentasi hasil reviu saatt daring siswa mengirimkan video hasil reviu
- Hari Rabu: kegiatan literasi dengan konsep yang sama dengan hari selasa. Kedua hari disajikan dengan kegiatan literasi ini sebaai implementasi bahwa SMPN 3 Parongpong peraih Sekolah Inspiratif dalam lomba Tantangan Membaca Bandung Barat (TMBB), agar torehan prestasi tersebut bisa dipertahankan dengan baik.
- Hari Kamis dengan pembiasaan Senam/Olahraga agar siswa selalu sehat dan bersemangat untuk memulai kegiatan belajarnya.
- Hari Jumat diisi dengan pembiasaan yang sifatnya religious, selain bacaan doá-doá serta hafalan surat-surat pendek dalam Al-Qurán juga dengan menyelenggarakan Sholat Dhuha Bersama serta tausyah untuk siraman rohani.
- Program PPK melalui kegiatan intra-kurikuler yakni integrasi pendidikan karakter dalam kegiatan belajar mengajar pada semua mata pelajaran yang dimasukan dalam tujuan pembelajaran setiap mata pelajaran.
- Program PPK melalui kegiatan Ko-kurikuler dan Ekstrakurikuler, sesuai minat dan bakat siswa yang dilakukan di bawah bimbingan guru-guru, pelatih melibatkan orang tua dan masyarakat. Kegiatan keagamaan, pramuka, PMR, Paskibra, Kesenian, Bahasa dan Sastra, KIR, Jurnalistik, Olahraga, dsb
Hasil
Perubahan hasil belajar yang dimunculkan peserta didik sebagai upaya yang kongret dari sebuah proses yang terus menerus baik di dalam kelas on-line nya, ataupun melalui pembudayaan di sekolah lewat pembiasaan, baik implementasi melalui intra, ko dan ekstra kurikuler dengan sajian dan kemasan materi yang baik, kreatif dan menarik.
PPK merupakan program pembentukan karakter bangsa guna menumbuhkan semangat belajar dan membuat peserta didik senang melaksanakannya sekalipun diakses secara daring. Perilaku-perilaku baiknya bisa tetap dilaksanakan walau dengan tagihan daring namun hal itu akan menjadi habit/kebiasaan baik dan akhirnya akan menjadi karakter baik yang berguna sebagai life skill atau bekal kecakapan hidupnya kelak.
Simpulan
Diperlukan kebijakan pembelajaran yang berorientasi terhadap peserta didik, terutama dalam pengimplementasian PPK di satuan pendidikan sekalipun daring. Diawali dengan perencanaan kurikulum satuan pendidikan, penjadwalan dan implementasi serta evaluasi.
PPK bukan hanya dijadikan program, dilaksanakan lalu selesai program, melainkan sebuah proses yang berkelanjutan. Hal yang paling pokok adalah keteladanan dari seluruh komponen pembentuk karakter peserta didik, orang tua, lingkungan sekolah serta lingkungan masyarakat dimana peserta didik berada.***
Penulis:
Dra. Efni Iriani, M.Pd., Kepala SMPN 3 Parongpong, Kepala Sekolah Berprestasi Tahun 2018, Fasilitator daerah (Fasda) PPK Kab. Bandung Barat.
Editor: Adhyatnika Geusan Ulun: