Oleh: Komalaningsih, S.Pd
(SDN Barulaksana Lembang Bandung Barat)
Peristiwa dimulai ketika penulis mendapat pemberitahuan harus mengikuti Diklat Calon Guru Penggerak (CGP) melalui jalur Calon Kepala Sekolah (CKS). Bingung memenuhi isi kepala, sesuatu yang tidak pernah ada dalam pikiran dan bayangan tentang apa itu guru penggerak.
Sebelumnya memang penulis pernah mendengar tentang guru penggerak, tapi jujur penulis tidak paham apa, mengapa dan bagaimana tentang guru penggerak. Kemudian penulis mencoba mencari-cari info ‘dari mbah google’ tentang apa, mengapa dan bagaimana guru penggerak, yang membuat pikiran mulai sedikit terbuka ditambah dengan pengalaman lokakarya perdana.
Setitik cahaya mulai terlihat walaupun masih remang-remang. Namun, masalah baru muncul lagi karena penulis mengalami kesulitan dalam mengoperasikan LMS. Sadar kemampuan dalam IT sangat mengecewakan, akhirnya marah pada diri sendiri. Selama ini terlalu terlena diam di zona nyaman, padahal sarana seperti laptop dan internet sudah tersedia baik di rumah maupun di sekolah.
Kalaupun ada tugas atau pekerjaan yang mengharuskan menggunakan laptop, penulis hanya mengerjakan bagian-bagian yang dianggap mudah, sementara bagian yang terasa sulit penulis selalu meminta bantuan pada anak atau rekan kerja yang memiliki kemampuan IT yang mumpuni. Akhirnya banyak drama yang terjadi dalam mengerjakan tugas modul melalui LMS. Perasaan nano-nano deh!
Perasaan nano-nano ini terbawa ke kelas dimana penulis mengajar. Penulis hanya memberikan tugas menulis pada murid itu pun dengan maksud hanya untuk menggugurkan kewajiban saja. Sementara penulis duduk termangu dengan tatapan kosong sehingga peserta didik terlihat bosan dan melakukan aktifitas masing-masing seperti ngobrol dengan temannya, hilir mudik di kelas yang membuat suasana kelas tidak kondusif, tidak banyak yang penulis perbuat sampai waktu mengajar habis dan peserta didik dipulangkan. Hmm…
Pulang ke rumah penulis melakukan aktifitas sebagai ibu rumah tangga mengerjakan pekerjaan rutinan seperti memasak dan lain-lain. Setelah pekerjaan rumah tangga beres, penulis tidak langsung istirahat walaupun rasa lelah sudah melanda, tapi membuka laptop karena ada jadwal zoom meeting dari instruktur, sampai pada akhirnya penulis disadarkan oleh pernyataan instruktur ketika zoom meeting berlangsung tentang Merdeka Belajar, bahwa merdeka itu bukan berarti bebas, ada komitmen untuk mencapai tujuan.
Penulis sadar sudah melakukan kesalahan. Kurangnya motivasi pada diri sendirilah sebagai pemicunya. Penulis merasa bersalah kepada peserta didik yang seharusnya menjadi motivator terbaik mereka.
Diklat CGP tidak boleh membiarkan diri penulis menjadi bahan keanehan bagi rekan guru dan kepala sekolah, yang selama ini menganggap penulis sebagai guru yang ceria, yang selalu memiliki semangat tinggi untuk kemajuan dunia pendidikan yang tidak pernah membawa masalah pribadi ke sekolah apalagi ke kelas.
Setelah mengikuti program Calon Guru Penggerak terutama dengan selesainya Modul 3, rasa syukur kepada Allah Swt yang selalu mengisi relung hati. Alhamdulillah qadarulloh penulis telah menjadi bagian dari Guru Penggerak. Bersama pengajar praktik, fasilitator dan instruktur yang brilian, banyak ilmu-ilmu dan pengalaman berharga yang penulis dapatkan yang semakin memacu adrenalin untuk lebih mengupgrade diri, memaksimalkan potensi diri dengan belajar IT, memaksimalkan kompetensi sebagai guru dengan merealisasikan ilmu yang didapatkan pada program Guru Penggerak melalui aksi nyata di sekolah dan di kelas.
Melalui berbagai macam aksi nyata yang sudah penulis realisasikan baik di sekolah maupun di kelas, terasa dan terlihat dampak positif menuju perubahan ke arah yang lebih baik. Motivasi belajar murid yang meningkat, budaya positif sekolahpun semakin bertumbuh seiring kesepakatan kelas yang diterapkan dan dijalankan di masing-masing jenjang kelas.
Sebagai guru penggerak, penulis harus selalu tergerak, bergerak dan berani menggerakan komunitas sekolah melalui program-program yang berdampak pada murid dengan merdeka belajar untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila secara konsisten dan berkesinambungan.
Untuk mewujudkan semua itu, penulis memulai dari diri. Jadikan diri sendiri sebagai pigur yang patut dicontoh dan diteladani sebagai agen perubahan untuk marwah dunia pendidikan yang semakin maju, melalui berbagai aspek sehingga keberadaan dan sepak terjang kita selalu menjadi energi positif bagi lingkungan sekitar. Insha Allah. ***
Pewarta: Adhyatnika Geusan Ulun-NEwsroom Tim Peliput Berita Pendidikan Bandung Barat.
Profil Penulis
KOMALANINGSIH, S.Pd. Lahir di Bandung 3 Desember 1972. Tinggal di Kp. Cibodas RT 05 RW 01 Desa Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Menjadi guru mulai tahun 1995. Saat ini bertugas sebagai guru di SDN Barulaksana Kecamatan Lembang KBB. CGP Angkatan 4 KBB.