Oleh: Yudi Sutisna, S.Pd. MM
(Kepala SMP Krida Utama)
Sebagai seorang Kepala Sekolah, selama ini penulis sering berada dalam situasi dilema etika maupun moral, dan penulispun membuat keputusan berdasarkan nilai-nilai yang penulis yakini dan juga berdasarkan peraturan yang berlaku. Penulis pun belum memiliki prinsip yang jelas dan dasar pengetahuan tentang bagaimana keputusan yang baik itu dibuat. Sehingga penulis sering menemukan teman sejawat dalam memecahkan masalah yang penulis hadapi, karena memang penulis juga belum merasa percaya diri dan ragu-ragu dalam mengambil keputusan sendiri.
Setelah mempelajari modul 3.1 program pendidikan calon guru penggerak (CGP) tentang pengambilan keputusan, Penulis menyadari bahwa pengambilan keputusan merupakan tugas paling berat yang diemban sebagai pemimpin pembelajaran, karena keputusan yang dibuat sebagai pemimpin pembelajaran akan berdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap intitusi atau dalam hal ini sekolah sebagai institusi moral, dimana penulis berperan sebagai kepala sekolah menjadi teladan yang digugu dan ditiru, dan keputusan tersebut juga berdampak pada seluruh warga sekolah bahkan kualitas pendidikan di sekolah.
Penulis juga menyadari perlunya pengetahuan dasar dalam mengambil keputusan yang beretika, prinsip-prinsip pengambilan keputusan, nilai-nilai atau paradigma berpikir, maupun langkah-langkah pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga menghasilkan keputusan yang bertanggung jawab dan berpihak pada murid. Penulis merasa bersyukur karena dalam modul 3.1 ini penulis bisa memahami tentang pengambilan keputusan yang tepat dan menjadi lebih percaya diri dan berani mengambil keputusan berdasarkan pengetahuan yang penulis dapatkan di modul 3.1 ini.
Pandangan Ki Hadjar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil
Salah satu hasil pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang terkenal adalah filosofi Pratap Triloka yang berisi 3 (tiga) hal pokok yaitu: Ing ngarso sung tulodo, artinya di depan menjadi teladan.
Dalam pengambilan keputusan maka seyogyanya seorang guru harus menerapkan prinsip dan paradigma pengambilan keputusan yang tepat sehingga keputusan yang diambil adalah dapat dijadikan contoh atau teladan bagi murid-murid baik di kelas maupun kehidupan pribadinya.
Dengan pengambilan keputusan yang tepat terutama dalam proses pembelajaran di kelas, maka akan mampu memberikan keteladanan kepada siswa dalam hal bagaimana mengambil keputusan yang tepat yang tentu saja akan berdampak pada kesejahteraan siswa kita.
Selanjutnya, Ing madya mangun karsa, artinya di tengah membangun. Hal ini seyogyanya keputusan seorang pemimpin pembelajaran harus bisa memberikan bagi murid untuk belajar dan mengembangkan potensi diri.
Kemudian, Tut wuri handayani yang artinya di belakang memberi dukungan dalam penerapannya sebagai pemimpin, keputusan yang dibutuhkan harus memberikan dukungan, dorongan bagi murid sehingga bisa menjadi lebih baik.
Berdasarkan hal tersebut guru sebagai pemimpin pembelajaran seyogyanya menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan dengan berpegang teguh pada prinsip atau filosofi pratap triloka.
Maka sebagai teladan, sebagai motivator, pemberi dukungan yang sejatinya harus dimiliki oleh seorang pemimpin pembelajaran maka akan memberikan dasar yang baik dalam pengambilan keputusan, nilai-nilai tersebut yang ada dalam pemimpin pembelajaran akan mampu menghasilkan pengambilan keputusan yang tepat, bertanggung jawab dan berpihak pada kepentingan murid.
Pengaruh nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, terhadap prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan
Nilai-nilai yang dimiliki seseorang akan pikiran seseorang dalam suatu keputusan. nilai-nilai dalam diri akan menentukan cara pandang terhadap situasi atau masalah, prinsip kita dalam memutuskan sesuatu. Sebagai seorang pembelajaran guru berpegang teguh pada nilai keberpihakan pada murid, nilai religiusitas, dan nilai moral kebajikan universal serta nilai tanggung jawab sehingga dapat menghasilkan keputusan yang dapat ditanggung jawabkan.
Selain itu, nilai-nilai dasar pengambilan keputusan tersebut akan menjadi landasan yang memperkuat dan juga cara pandang terhadap masalah sehingga dapat mempertajam analisis terhadap kasus dilema etika maupun bujukkan moral yang dialami dan memperkuat paradigma berpikir maupun berpikir kita sehingga kita berani dan percaya diri dan juga mampu menghasilkan keputusan yang bisa diperbuat.
Kaitan pengambilan keputusan dengan kegiatan ‘ coaching ‘ (bimbingan) dalam proses pembelajaran
Coaching meliputi proses penjabaran masalah yang akan diambil keputusannya, dimana coach menguraikan masalahnya dengan membantu terbuka dan juga pertanyaan reflektif. Coachee juga menganalisis dan mengumpulkan informasi dan fakta untuk menentukan akar masalahnya, dan coach mengarahkan coachee untuk menemukan dan membuat daftar dari beragam pilihan-pilihan solusi atas masalahnya.
Kegiatan terbimbing pada materi pembelajaran, sangat membantu sekali dalam mengarahkan guru pada pengambilan keputusan yang tepat dan guru sebagai coachee dapat menganalisis keputusan yang telah diambil, dengan pertanyaan-pertanyaan yang bisa mengembangkan metakognisi/berpikir kritis terhadap keputusan sehingga guru sebagai coachee bisa mengeksplor potensi diri dan menghasilkan keputusan yang berpihak pada murid sehingga gurupun dapat mengoptimalkan potensi siswa melalui pembinaan dalam pengambilan keputusan.
Secara umum proses coaching merupakan kegiatan kemitraan antara coach dan coachee yang membantu coachee untuk membuat keputusan yang tepat terhadap masalah yang dihadapi. Tahap demi tahap proses coaching dari segi tujuan, masalah, rencana aksi dan berisi pertanyaan reflektif, terbuka dan efektif yang bisa menggali potensi coachee pada proses pengambilan keputusan, terutama 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan bisa dijadikan sebagai panduan coach untuk mengarahkan coachee pada pengambilan keputusan yang efektif .
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik
Nilai-nilai yang dimiliki seseorang bisa berupa nilai kejujuran, loyalitas, kepedulian, kepedulian terhadap orang lain, memenuhi janji dan lainnya. Nilai yang ada tersebut akan menentukan prinsip dalam pengambilan keputusan. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, dalam membuat keputusan sering menggunakan lebih dari satu pertimbangan tentu berdasarkan nilai-nilai etika yang dipahami dan dianutnya.
Pengambilan keputusan adalah memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai dengan situasi yang dialami. Sehingga nilai-nilai yang dianut seseorang akan menentukan sudut pandang, kecendrungan paradigma dan prinsip yang diambil seseorang dalam membuat keputusan.
Dilema Etika adalah situasi dimana terjadi batin karena situasi yang memiliki situasi yang sama namun bertentangan. Etika berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sehingga keputusan yang diambil mencerminkan nilai-nilai yang dianut atau dijunjung tinggi. Untuk itu dalam memutuskan kasus dilema etika maka guru harus memegang teguh 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.
Sebagai gambaran, di bawah ini penjelasan tentang paradigma, prinsip, dan pengujian pengembalian keputusan.
4 Paradigma Berpikir:
- Individu lawan masyarakat (individu vs komunitas)
- Rasa keadilan lawan rasa panggang (justice vs rahmat)
- Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
- Jangka pendek lawan jangka panjang (jangka pendek vs jangka panjang)
3 Prinsip Berpikir:
- Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
- Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
- Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Berpikir Berbasis Peduli)
Sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan yaitu:
Langkah 1 : Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.
Langkah 2 : Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
Langkah 3 : Kumpulkan fakta-fakta yang relevan
Langkah 4 : Pengujian benar atau salah, yang terdiri atas:
1.Uji Hukum
- Uji Regulasi/Standar Profesional
3.Uji Publikasi
4.Uji Halaman Depan Quran
5.Uji Panutan/Idola
Langkah 5: Pengujian Paradigma Benar lawan Benar
Langkah 6: melakukan Prinsip Re solusi
Langkah 7 : Investigasi Opsi Trilema
Langkah 8: Buat keputusan
Langkah 9, Tinjau lagi keputusan dan refleksikan
Dampak pengambilan keputusan yang tepat pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman
Pengambilan keputusan yang tepat akan memiliki konsekuensi positif terhadap institusi atau lembaga dimana kita berada. Pengambilan keputusan adalah bagian terberat dari tugas sebagai pemimpin pembelajaran, karena secara langsung atau tidak langsung keputusan kita akan berpengaruh terhadap institusi yaitu dalam hal ini sekolah atau lingkungan tempat kita berada, dan terutama komunitas dimana kita berada atau siswa yang mungkin juga berpengaruh terhadap kualitas pendidikan.
Oleh karena itu, membuat keputusan kita harus memikirkan konsekuensi yang efektif dari keputusan kita, dengan terlebih dahulu memikirkan terlebih dahulu keputusan kita menggunakan prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang. Karena jika keputusan kita tepat, maka akan terwujud lingkungan yang positif, juga kondusif serta aman dan nyaman, karena keputusan kita menentukan hal tersebut dan begitu juga sebaliknya. Jika kita salah mengambil keputusan, tentu saja konsekuensinya juga tidak akan baik dan berdampak buruk pada lingkungan dan orang-orang yang beroperasi secara langsung maupun tidak langsung dengan keputusan kita.
Kesulitan dalam pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika
Perbedaan cara pandang dan kepentingan dari orang-orang yang berada dalam masalah dan juga sulitnya mengubah pola pikir atau cara berpikir orang lain dalam memandang dilema etika. Untuk dapat menghasilkan keputusan yang tepat, tentu kita harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana orang hebat mengambil keputusan, prinsip ataupun paradigma apa yang digunakan dan juga bagaimana menguji tepat atau tidaknya keputusan kita. Sehingga kita bisa memastikan apakah keputusan itu tepat, nah kesulitannya adalah mengubah cara pandang mengenai prinsip pengambilan keputusan ini,sehingga bisa langsung dalam pengambilan keputusan.
Nilai dan budaya masyarakat yang ada di lingkungan, kesulitannya adalah bagaimana mengakomodasi nilai budaya di lingkungan dalam keputusan yang diambil sehingga bisa menghasilkan keputusan yang tentunya tepat dan tidak bertentangan dengan nilai moral umum.
Paradigma berpikir orang yang berbeda dan begitu juga dengan skala prioritas sehingga sulit bagi kita juga dalam mengambil keputusan yang bisa diterima dan diterima semua orang.
Pengaruh pengambilan keputusan terhadap pengajaran yang memerdekakan murid
Keputusan yang kita ambil sebagai pemimpin pembelajaran tentunya harus memerdekakan murid-murid kita. Keputusan seorang guru dalam proses pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan tuntunan yang bisa mengarahkan siswa pada pengembangan potensi, kebebasan berpendapat dan kebebasan mengekspresikan diri dalam proses pembelajaran sehingga mereka mendapatkan kebebasan belajarnya.
Pengaruh pengambilan keputusan pemimpin pembelajaran bagi kehidupan atau masa depan murid
Kita sudah mengetahui bahwa salah satu tugas terberat sebagai pemimpin pembelajaran adalah mengambil keputusan yang tepat, karena kita sadar bahwa keputusan yang kita ambil akan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung kepada sekolah atau institusi dimana kita berada terutama untuk murid kita.
Kita juga harus memahami bahwa keputusan yang kita ambil memiliki konsekuensi dari keputusan kita yang kita ambil sebagai pembelajaran.Ketika kita mengambil keputusan yang berpihak pada siswa maka murid kita akan belajar menjadi orang yang merdeka dan juga bisa mengambil keputusan yang tepat kelak dan tumbuh pribadi yang matang dan cermat dalam mengambil keputusan.
Penulis melihat kasus dilema etika yang disajikan pada eksplorasi konsep modul 3.1, dimana seorang siswa bertanya hanya untuk lulus pada mata pelajaran yang tidak mengerti, sebuah dilema seorang guru apakah hal ini dengan resiko anak tidak lulus ujian ataupun rahasiakannya masa depan anak tersebut. Nah disini penulis bisa menilai pengambilan keputusan guru pada situasi ini dapat mempengaruhi masa depan murid, selain itu kejujuran yang kita yakini dan aturan yang kita ikuti, ada perspektif lain yang kita harus sadari yaitu ketidakberpihakan pada murid kita atau kemaslahatan murid.
Dalam situasi dilema etika dimana kita harus membuat keputusan, maka 4 pradigma pengambilan keputusan menjadi hal utama yang dipegang, dimana sebagai makhluk sosial yang hidup dengan nilai dan peraturan yang berlaku, maka kadang-kadang adalah hal yang benar untuk mengikuti aturan namun juga terkadang membuat juga merupakan tindakan yang benar.
Pilihan untuk memegang aturan dapat dibuat berdasarkan rasa, namun untuk membengkokkan aturan dapat dibuat berdasarkan rasa adil atau membantu murid. Prinsip berpikir inilah yang menjadi penting bagi pemimpin pembelajaran dalam keputusan demi masa murid. Dengan menganalisis kasus yang kita alami atau situasi yang kita alami sebagai pemimpin pembelajaran disekolah terutama yang berdampak pada murid,
Simpulan
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran guru harus mampu menerapkan prinsip pratap triloka dari Ki Hadjar Dewantara, yaitu Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani. Sebagai penuntun, guru juga harus memiliki dasar pengambilan keputusan yaitu berupa nilai yang berpihak pada siswa dengan berpedoman pada nilai-nilai moral, religiusitas dan nilai-nilai universal serta bertanggung jawab. Nilai seorang guru yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, kreatif dan berpihak pada murid juga menjadi pedoman pengambilan keputusan.
Dalam membuat keputusan dibutuhkan juga menghargai visi, misi sekolah, budaya dan nilai sebagai pengambilan keputusan di sekolah sebagai pemimpin pembelajaran.
Guru juga harus mandiri belajar murid dengan mengarahkan murid pada proses pembelajaran dan pengembangan potensi siswa melalui proses pembinaan sehingga dapat mengambil keputusan dengan tepat dan hal ini akan memudahkan siswa dalam menentukan masa kelak.
Kompetensi sosial emosional yang matang dari seorang guru akan mendukungnya dalam pengambilan keputusan yang tepat. Kompetensi ini meliputi kesadaran diri atau self awareness, Pengelolaan diri (self management), Kesadaran sosial atau kesadaran sosial, dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skill).
Sebagai pemimpin pembelajaran maka ketika kita berada dalam situasi dilema etika maupun moral, kita menggunakan prinsip kesadaran penuh atau mindfullness sehingga kita akan sadar dengan berbagai opsi dan konsekuensi yang ada, keputusan yang dihasilkan pun dapat dipermudah dan bermanfaat.
Selain itu, pembelajaran di kelas dengan mengambil strategi untuk membedakan yang sesuai kebutuhan belajar murid akan mampu mengarahkan siswa pada proses pengembangan potensi mereka dan juga melalui proses pembinaan sehingga mereka dapat mencapai kemerdekaan belajarnya.
Dalam pengambilan keputusann guru harus menerapkan prinsip atau dasar pengambilan keputusan yang tepat yaitu menggunakan empat paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Untuk itu, para pemimpin pembelajaran harus berlatih menerapkan kemampuan pengambilan keputusan ini dengan menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan bersama seluruh warga sekolah. ***
Dari berbagai sumber.
Profil Penulis
Yudi Sutisna, S.Pd. M.M-Lahir di Bandung , 31 Desember 1976. Saat ini menjabat sebagai Kepala SMP Krida Utama Padalarang. CGP Angkatan 9 KBB. Menempuh S1 di Universitas Nusantara tahun 2003, S2 di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan Bandung Tahun 2023.